REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Perhimpunan Masyarakat Adat Nusantara (Matra) mendeklarasikan berdirinya organisasi kemasyarakatan sekaligus membentuk pengurus pusat di pelataran Candi Borobudur dalam rangkaian Festival International Borobudur, Jumat (29/7) malam. Ketua umum Dewan Pengurus Pusat Matra, KPH SP RheindraJais Wiroyudho Alam Syah menyampaikan deklarasi dilakukan di Candi Borobudur untuk menjaga ketahanan budaya dan adat istiadat.
"Jadi pendeklarasian Matra di Candi Burobudur bukan karena candi ini icon agama Buddha, tetapi karena Candi Borobudur merupakan salah satu pusat keagungan budaya nusantara yang sangat terkenal di dunia," katanya.
Menurut dia, untuk kegiatan Matra ke depan juga akan dilaksankan di tempat-tempat seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Benteng Sumbouko, kraton atau di candi-candi atau pusat-pusat kebudayaan lainnya. "Matra tidak akan menggelar acara-acara besar di hotel. Jadi kami akan memberikan nuansa berbeda dengan forum, asosiasi, dan ormas lainnya," katanya.
Ia menuturkan, Matra tidak bersaing dengan forum atau asosiasi kraton yang ada di Nusantara. "Salah jika Matra dianggap perkumpulan para raja atau kraton. Matra adalah perkumpulan masyarakat umum dari segala lapisan. Jadi matra bukan wadah berhimpun para raja, namun sebagai rasa hormat kami menempatkan para raja, datu, sultan, pemangku adat dan para ratu sebagai dewan penasihat dan dewan pakar di Matra," katanya.
Dewan Pengawas Matra, I Maddusila Daeng Mannyonri Katangka Sultan Alauddin II mengatakan, deklarasai Matra dengan dilatarbelakngi Candi Borobudur karena merupakan candi bersejarah yang paling hebat, termasuk 10 keajaiban di dunia. "Saya selaku dewan pengawas menyampaikan ini bukan saja perkumpulan para raja, sultan pemanggu adat, tetapi semua masyarakat adat, baik itu raja, sultan, dan pemangku adat kemudian pemerhati adat dan budaya tergabung dalam Matra," katanya.
Ia menuturkan, Matra tidak berafiliasi pada salah satu kekuatan politik, Matra hanya mengembangkan dan melestarikan adat di seluruh Nusantara.