REPUBLIKA.CO.ID, PADANG — Kepolisian Daerah Sumatra Barat menegaskan memburu pengedar narkoba di wilayah itu. Kepolisian menilai Sumatra Barat semakin diminati pengedar narkoba lantaran kondisi geografisnya yang berbukit dan memiliki garis pantai cukup panjang.
Kondisi geografis itu memberikan celah bagi penyeludupan narkoba. "Sumbar juga sebagai tujuan utama dan posisi geografis Sumbar menimbulkan daya tarik bagi para pengedar narkoba untuk masuk ke Sumbar," ujar Fakhrizal, Selasa (15/8).
Tak hanya itu, jumlah temuan kasus narkoba di Sumatra Barat menunjukkan tren kenaikan sejak 2014. Bentuk perlawanan terhadap narkoba ditunjukkan dengan memusnahkan temuan narkoba yang terjaring selama satu bulan terakhir.
Pemusnahan 133,32 kilogram (kg) ganja, 287,66 gram sabu, dan 75 butir ekstasi tersebut dilakukan di tepi Pantai Muaro Lasak Padang pada Selasa hari ini. Pemusnahan disaksikan langsung oleh Kapolda Sumatra Barat Irjen Fakhrizal dan Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah.
Fakhrizal menilai, banyaknya barang bukti yang dimusnahkan memberikan gambaran peredaran narkoba dan penyalahgunaan obat-obatan berbahaya semakin mengkhawatirkan di Sumatra Barat. Catatan Polda Sumbar, sepanjang 2016 lalu diungkap 824 kasus dengan jumlah tersangka mencapai 1.110 orang.
Angka ini meningkat dibandingkan jumlah kasus pada 2015 lalu yang hanya 635 kasus. Bahkan hingga Juli 2017, jumlah kasus yang ditangani mencapai 522 kasus dengan jumlah tersangka 675 orang.
Dibandingkan daerah lain, Sumatra Barat menduduki peringkat ke-24 dari 33 provinsi di Indonesia. Di wilayah Sumatra Barat, jumlah penyalahgunaan narkoba mencapai 63.352 jiwa dengan tahapan yang sebetulnya masih coba-coba.
Secara nasional, catatan Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan korban penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah menyentuh angka 5,2 juta jiwa. Tak hanya itu, angka kematian akibat penyalahgunaan narkoba di Indonesia mencapai 40-50 jiwa setiap harinya atau 15 ribu orang per tahun.
"Pak Jokowi nyatakan Indonesia darurat narkoba karena situasi peredaran narkoba sudah sangat mengkhawatirkan. Ini bukan soal penyalahgunaan tapi kejahatan terorisme. Indonesia dulu konsumen namun sekarang sudah jadi produksi," ujar Fakhrizal sebelum melakukan pemusnahan secara simbolis, Selasa (15/8).
Kepolisian menegaskan untuk tetap melakukan langkah preventif dan represif untuk mencegah dan menangani peredaran narkoba yang mengancam generasi muda ini. Langkah preventif, ujarnya, dengan melakukan pencegahan barang masuk baik jalur darat atau laut. “Banyak yang ketangkap bawa dari Aceh dan Riau dari jalur darat. Jalur laut juga mungkin," katanya.
Fakhrizal juga menjanjikan untuk segera menindak aparat kepolisian yang terbukti terlibat dalam upaya peredaran narkoba.