REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tiba di kediamannya yang berada di New York pada Senin (14/8). Di sana, ia mendapat sambutan yang tidak menyenangkan. Setidaknya ada ribuan demonstran yang menanti dirinya dan melakukan aksi protes.
Alasan di balik aksi protes tersebut adalah karena bentrokan yang pada 11 Agustus lalu terjadi di Charlottesville, Virginia. Trump dianggap tidak mengecam aksi yang pada awalnya dimulai dengan pertemuan besar kelompok supremasi kulit putih di salah satu kota di Negeri Paman Sam tersebut.
Setelah adanya sekumpulan orang yang menentang rencana pertemuan dan demonstrasi dari kelompok supremasi kulit putih, perkelahian terjadi. Meski semula dilakukan dengan tangan kosong, bentrokan semakin memanas dan membuat petugas anti huru-hara turun ke jalan mencoba meredakan situasi.
Kondisi bentrokan semakin mencekam saat ada sebuah mobil yang menghantam kerumunan orang-orang terlibat dalam bentrokan. Menurut laporan, kerumunan tersebut berasal dari kubu kontra supremasi kulit putih.
Dalam insiden penabrakan itu, sebanyak 19 orang terluka. Sementara, dalam bentrokan yang masih berlangsung di jalan-jalan Charlottesville lainnya ada 15 korban terluka. Secara keseluruhan, ada tiga korban yang dilaporkan tewas dalam peristiwa ini.
Beberapa jam setelah bentrokan pertama kali berlangsung, Trump mengecam terjadinya salah satu yang disebut sebagai tragedi kebencian di Charlottesville. Ia menyerukan agar seluruh warga Amerika bersatu dan tidak ada lagi perpecahan.
"Kebencian dan perpecahan harus dihentikan saat ini, semua warga Amerika harus bersatu bersama untuk bangsa ini," ujar Trump yang saat itu tengah berada di New Jersey.
Komentar itu kemudian dianggap tidak secara eksplisit mengecam kelompok ekstremis kulit putih serta cenderung membenarkan mereka yang tetap terlibat dalam bentrokan tersebut. Termasuk juga dari kalangan politisi, baik dari Partai Demokrat maupun Republik yang mengkritik pernyataan Trump.
Sejumlah warga di New York yang melakukan aksi protes kali ini menyambut Trump dengan teriakkan 'Kami Membencimu'. Mereka seluruhnya berkumpul di depan kediaman miliarder itu yang terletak di Trump Tower dan area sekitarnya yaitu Manhattan Fifth Avenue.
Di antara para peserta aksi protes adalah seorang pendeta bernama Jan Powell. Ia mengatakan bahwa sangat prihatin dengan demonstrasi supremasi kulit putih yang turut serta dalam bentrokan selama beberapa hari tersebut.