REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Doa Bersama Anak Bangsa dilaksanakan secara serentak pada 171717 (Tanggal 17 Agustus Pukul 17.00 Tahun 2017) di seluruh penjuru Tanah Air sebagai gagasan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Gatot mengatakan gelaran ini guna meneguhkan sikap bersama sekaligus menggelorakan semangat untuk Indonesia yang lebih kasih sayang.
Doa Bersama 171717 dan Muroja'ah diikuti 8.500 orang. Terdiri atas Prajurit dan PNS TNI serta masyarakat umum, bertempat di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (17/8/2017).
Dalam pidatonya, Panglima TNI mengatakan melalui doa tulus ikhlas, apa pun agama yang dianut, semua bersama memohon ridho Tuhan Yang Maha Esa untuk terwujudnya Indonesia yang lebih kasih sayang. Karena rahmat Tuhan yang tiada tara dan terus mengalir ke semua umat-Nya, merupakan rahmat, rahman dan rahim kepada segenap hamba-Nya.
“Kita berdoa memohon untuk selalu dianugerahi kekuatan, kesabaran, ketekunan dan kasih sayang guna mewujudkan Indonesia yang mandiri, berdaulat, berkepribadian serta adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata Panglima Gatot.
Lebih lanjut Gatot mengatakan saling mengasihi akan menjadi landasan yang kokoh sekaligus menggelorakan semangat persatuan dan kesatuan di antara seluruh warga bangsa Indonesia. Persatuan dan kesatuan dalam keberagaman, menurutnya merupakan sesuatu yang sangat indah dan kaya dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia.
Memaknai kemerdekaan, Panglima TNI Gatot mengaku sudah sepatutnya bangsa bersyukur. Bukan hanya karena telah dikaruniai kemerdekaan, tetapi juga karena kita dilahirkan sebagai bangsa patriot petarung dan sekaligus sebagai bangsa pemenang. “Atas karunia inilah kita bersyukur, sekalipun kemerdekaan itu harus dicapai melalui perjuangan darah dan nyawa segenap anak bangsa,” ucapnya.
Gatot menambahkan, melalui perjuangan anak bangsa yang percaya kepada kemampuan sendiri dengan senjata apa adanya seraya menggelorakan semangat gotong royong telah memunculkan energi sosial yang mengobarkan tekad merdeka atau mati. Energi sosial tersebut, kata dia, bisa muncul karena mobilisasi kekuatan umat, santri, dan pemuda serta psegenap komponen bangsa oleh para tokoh agama, ulama, kiai, habaib, pendeta, pastor, pinandita, biksu dan tokoh nasionalis.
Panglima TNI juga mengingatkan bahwa kemerdekaan Indonesia direbut atas dorongan keinginan luhur segenap bangsa Indonesia. Disertai pengorbanan harta, jiwa dan raga para syuhada pahlawan kusuma bangsa. “Kita ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki keberagaman budaya yang sangat lengkap dan unik, betapa kayanya budaya Indonesia,” katanya.
Doa Bersama dilaksanakan di beberapa tempat. Agama Islam di Plaza Mabes TNI dipimpin oleh Habib Nabil Fuad Al-Musawwa, agama Kristen Protestan dipimpin Pendeta Henrite Hutabarat Lebang dan Khatolik dipimpin Pastor Rofinus Neto Wuli di Gedung Serba Guna (GSG) Suharnoko Harbani Mabes TNI AU. Selanjutnya agama Hindu di Pura Adesaka Dharma Mabes TNI AL dipimpin oleh Pinandita I Made Yadnya, dan untuk agama Buddha di Gedung Balai Wartawan Puspen TNI Cilangkap dipimpin MPU Suhadi Sandjaya.