Ahad 20 Aug 2017 17:44 WIB

Resto Apung Muara Angke Siap Jadi Wisata Kuliner Favorit

Rep: Sri Handayani/ Red: Qommarria Rostanti
 Pekerja mengupas kerang hijau di Muara Angke, Jakarta Utara, beberapa waku lalu.
Foto: Republika/ Wihdan
Pekerja mengupas kerang hijau di Muara Angke, Jakarta Utara, beberapa waku lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, yakin Resto Apung Muara Angke akan menjadi destinasi wisata kuliner bahari favorit warga Jakarta. Pemandangan laut yang indah diyakini dapat menarik wisatawan domestik, nasional bahkan mancanegara.

"Saya cuma tadi sampaikan kepada masyarakat di sini untuk mengubah image bahwa perkampungan nelayan, pasar ikan, dan pusat ikan bakar, makanan-makanan ikan, itu tidak identik dengan kekumuhan, tidak identik dengan bau menyengat yang tadi," ujar Djarot kepada wartawan di kawasan Jajan Serba Ikan (Pujaseri), Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad (20/8)

Resto Apung Muara Angke akan memiliki bentuk menyerupai ikan pari dengan luas area 4.458 meter persegi dengan kontruksi bangunan dua lantai dan sembilan gazebo. Lokasi ini diperkirakan mampu menampung 29 pedagang hasil olahan laut dan sekitar 500 pengunjung. Para pedagang ikan bakar yang berada di Muara Angke akan dimasukkan ke restoran apung. Lokasi lama akan dijadikan tempat parkir. 

Ide pembuatan pasar apung dimulai saat Jokowi terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2013. Dia meninjau Pelabuhan Perikanan Nusantara Muara Angke dan menginstruksikan pembangunan kembali Pujaseri Muara Angke yang lebih modern, bersih, dan tertata rapi. Lokasi itu pun menjadi Resto Apung Muara Angke.

Pada 2015, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) selaku Gubernur DKI Jakarta menginstruksikan pembangunan Resto Apung Muara Angke sebagai salah satu tempat wisata kuliner serba ikan di Provinsi DKI Jakarta dengan menggunakan dana pelampauan Koefisien Lantai Bangunan (KLB).

Pembangunan Resto Apung Muara Angke membutuhkan anggaran lebih dari Rp 65 miliar yang disediakan melalui kewajiban pengembang atas pelampauan KLB dari PT Keepland Investama. Pelaksana pembangunan adalah PT Astoria Perkasa Nusantara.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Muara Angke seluas 64 hektare merupakan salah satu sentra ekonomi masyarakat perikanan dengan produksi 150 ton per hari.  Sarana dan prasarana lain juga disediakan, seperti dermaga, tempat pelelangan ikan, cold storage, pasar grosir dan pujaseri.

Pujaseri mulai dibangun sekitar 1994, sejak saat itu tempat ini mulai dikenal para penikmat makanan untuk mendapatkan masakan ikan yang segar, enak dan relatif murah. Uniknya, restoran-restoran ini hanya menyediakan jasa memasak ikan. Pengunjung harus membeli ikan sendiri di pasar yang berdekatan, kemudian menyerahkan ke restoran untuk diolah sesuai keinginan.

Untuk mengantisipasi bau tidak sedap, Djarot mengatakan Pemprov DKI akan melakukan banyak cara. Misalnya, membangun IPAL serta menanam pohon-pohon rindang dan tanaman yang bisa menyerap bau tajam. Yang paling penting, pembuangan dan pengolahan sampah harus dikelola dengan benar.  "Sisa-sisa ikan ini kan tajam ya, ini harus diolah yang baik sehingga tidak bau, waktu hujan tidak becek, maka drainase harus diatur, sekaligus gitu lho. Jadi tidak sepotong-potong," kata dia.

Untuk mengoptimalkan destinasi wisata ini, Djarot mengatakan akan mengoptimalkan fungsi terminal Muara Angke. Bahkan, akan disediakan angkutan untuk malam hari. "Dulu Muara Angke itu buka sampai 24 jam lho, subuh-subuh ke sini orang. Tapi karena lingkungan sudah berubah, akhirnya orang malas. Ini yang harus kita benahi, kita ubah," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement