Senin 21 Aug 2017 04:31 WIB

Oposisi Israel Sebut Pemimpin Palestina Usulkan Kerja Sama

Rep: Kabul Astuti/ Red: Indira Rezkisari
Mahmoud Abbas - Presiden Palestina. Senin(7/3).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Mahmoud Abbas - Presiden Palestina. Senin(7/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM -- Anggota parlemen oposisi Israel mengatakan Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah menyampaikan pada mereka tentang usulan untuk mencabut penghentian kerja sama keamanan dengan Israel.

Abbas menangguhkan kerja sama keamanan itu pada 21 Juli, menuntut agar Israel menghapus detektor logam yang dipasang di luar kompleks Masjid Al Aqsa, Jerusalem. Pemasangan detektor logam ini dipandang sebagai pelanggaran terhadap status quo yang telah berlangsung puluhan tahun.

Di tengah kerusuhan Palestina dan Yordania, dan usaha mediasi Amerika Serikat, Israel membuka gerbang pejalan kaki pada 25 Juli dan mengatakan akan memasang perlengkapan keamanan. "Kami baru-baru ini berkomunikasi dengan pejabat keamanan Israel untuk memulai kembali semacam kerja sama," kata Abbas kepada sebuah delegasi kunjungan dari partai sayap kiri Israel, Meretz, menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan anggota parlemen, dilansir dari Reuters, Ahad (20/8).

Anggota parlemen tersebut menambahkan, pemerintah Israel belum memberikan jawaban atas usulan itu. Ketika dikonfirmasi, orang terdekat Abbas belum bisa memberi komentar. Hubungan pemerintahannya dengan Israel tidak disukai oleh banyak orang Palestina, seperti gerakan Hamas.

"Komentar yang dilaporkan ini salah," kata seorang pembantu Netanyahu. Ajudan tersebut menolak untuk menjelaskan lebih lanjut, dengan alasan kebijakan untuk tidak mempublikasikan rincian hubungan keamanan dengan Palestina.

Terlepas dari kebuntuan itu, kedua belah pihak memandang koordinasi keamanan sebagai alat untuk mengurangi kekerasan di Tepi Barat.Al-Aqsa, tempat suci tersuci ketiga Islam, termasuk di antara daerah yang direbut Israel dari Yordania dalam perang 1967. Israel, Palestina dan Yordania telah berusaha untuk mencegah ketegangan di sana dengan pengaturan akses yang rumit.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement