Senin 21 Aug 2017 15:31 WIB

Benih Bersertifikat di Indonesia Disebut Masih Minim

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Petani menanam bibit di sawah. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Yusran Uccang
Petani menanam bibit di sawah. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo menegaskan saat ini di Indonesia masih sangat minim benih bersertifikat. Sedikitnya masih ada lebih dari 40 persen benih yang belum bersertifikat.

"Tak mungkin ada swasembada pangan, jika benih tidak ada jaminan bersertifikat," katanya saat ditemui pada acara Pengukuhan Dewan Pengurus Pusat Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI) 2017-2022 di Ausitorium Kementerian Pertanian, Senin (21/8).

Ia mengatakan, dari kebutuhan benih padi sebesar 344 ribu ton, yang tersertifikasi hanya 57 persen. Begitu juga dengan komoditas lain seperti jagung yang baru tersertifikasi 58 persen dari kebutuhan 73 ribu ton benih. Sementara untuk kedelai dengan kebutuhan 31 ribu ton benih baru 50 persen yang bersertifikat.

Ia pun menyayangkan hal tersebut karena seolah benih tidak dianggap penting. Padahal benih bersertifikat akan mampu meningkatkan produktivitas tanaman dan menghasilkan produk yang baik. Apalagi Indonesia memiliki semua benih. "Saya bangga sekali, dari sisi kemampuan inovasi itu luar biasa. Yang masaalah itu penyalurannya kepada masyarakat," katanya.

Menanggapi pentingnya benih tersertifikasi tersebut, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menegaskan akan membuat regulasi yang meringankan sertifikasi benih.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement