REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan peredaran narkoba terbesar di Indonesia banyak berasal dari sindikat pengedar narkotika asal Malaysia. Bahkan BNN telah meringkus 70 orang lebih tersangka tindak pidana narkotika berkewarganegaraan Malaysia.
"Sepanjang tahun 2016 itu lebih dari 70an tersangka asal Malaysia (diringkus)," ujar Humas BNN Kombes Sulistiandriatmoko saat dihubungi di Jakarta, Ahad (27/8).
Sulis mengatakan proses penyelundupan serta modus operandinya pun bermacam-macam. Baik yang dilakukan melalui pelabuhan, perbatasan maupun udara.
Bila dibandingkan dengan tersangka dari negara lainnya, Sulis mengatakan, sindikat asal Malaysia ini yang paling mendominasi. Dia mengatakan, 70 tersangka itu pun hanya rekapan data pada 2016, belum ditambahkan dengan sindikat narkoba asal Malaysia yang tertangkap pada 2017.
"2017 belum lihat data hitungan rekapnya. Intinya di antara WNA yang tertangkap yang menjadi pelaku tindak pidana narkotika itu terbanyak Malaysia dibandingkan WNA lain," ucap Sulis.
Sedangkan mengenai berapa jumlah data tersangka yang sudah diproses hukum dan tersangka yang ditembak mati, Sulis mengaku tidak hapal. Dia juga enggan menyebutkan berapa perkiraan sindikat Malaysia yang divonis dan berapa yang ditembak mati pada saat penangkapan.
"Yang ditangkap dan dipenjara banyak, yang ditembak mati lebih kecil jumlahnya. (Jumlah) Pastinya saya harus lihat data, jangan sampai salah statmen," tutur Sulis.
Seperti diketahui belum lama ini BNN mengungkapkan sindikat narkoba asal Malaysia. BNN pun mengamankan barang bukti narkoba sebanyak 50,54 kilogram yang diedarkan di Aceh dan Kalimatan Barat.
Bahkan dua WNA asal Malaysia berusaha menyuap petugas senilai Rp 10 miliar. Dua WNA asal Malaysia ini berinisial LUH alias Ape dan CKH alias Ahoe. Keduanya telah ditembak mati oleh petugas pada saat melakukan perlawanan. Keduanya melawan pada saat dilakukan penangkapan lantaran petugas menolak disuap.