Selasa 29 Aug 2017 19:19 WIB

RS Nur Hidayah Bantul akan Jadi RS Syariah

Syariah
Syariah

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Dalam waktu dekat Rumah Sakit (RS) Nur Hidayah Bantul DIY menjadi RS Syariah. Sebenarnya pengajuannya bersamaan dengan RS Sultan Agung yang sudah lebih dulu mendapatkan sertifikat RS Syariah.

''Tetapi Dewan Pengawas RS Syariah di RS Nur Hidayah belum clear dan baru kami ajukan kemarin ke MUI (Majelis Ulama Indonesia). Insya Allah kalau DPS sudah bisa diterima, sertifikat RS Syariahnya  keluar tahun ini,'' kata Ketua Dewan Pengawas RS Nur Hidayah Tri Ermin Fadlina pada wartawan usai beraudiensi dengan Wakil Gubernur DIY Paku Alam X di Kepatihan Yogyakarta, Selasa (29/8).

Menurut Tri, proses pengajuan RS Syariah ini sudah sejak 2015. Kebetulan waktu itu RS yang sudah terakreditasi masih sedikit yakni RS Sultan Agung mewakili RS Tipe B, sedangkan RS Nur Hidayah mewakili RS Tipe C-D.  Sekarang di DIY RS Nur Hidayah baru satu-satunya RS yang akan mendapat sertifikat RS Syariah.

''Namun sekarang Rumah Sakit di DIY yang akan mengajukan  sebagai RS Syariah sudah ada dua yakni RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Jogja International Hospital,''ungkap istri Sagiran yang merupakan pemilik RS Nur Hidayah dan juga  Ketua Divisi RS Syariah MUKISI  (Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia) Pusat.

''RS Nur Hidayah menjadi RS Syariah,  sebagai saya pemilik merasa lebih aman dalam melayani umat dan benar-benar akan bisa bermanfaat untuk karyawan. Karena yakin bekerja di lembaga halal. Sementara bagi masyarakat merasa semakin aman. Karena Insya Allah obat dan makanan yang disajikan harus halal. Di dapur RS Nur Hidayah sejak Juni lalu sudah mendapat sertifikat halal,''ungkapnya.

Sebagai rumah sakit syariah standar syariahnya dari semua aspek baik aspek manajemen keuanganan, manajemen pelayanan , organisasi dan visi dan misinya harus tesurat. ''Mulai dari pendaftaran sampai pemeriksaan harus menjaga aurat pasien. Apabila pemeriksanya berbeda kelamin harus ditemani dan bahkan di RS Hidayah ada selimut 'anti malu'.  Ketika pasien butuh pemeriksaan yang dibuka sedikit dan khusus bagian yang dibutuhkan saja,''jelasnya. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement