REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi melarang pendemo di depan Gedung Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta yang ingin menempel poster etnis Rohingnya di tembok depan untuk menyuarakan penghentian pambantaian etnis Rohingnya.
"Tolong mundur. Tidak bisa, Pak. Ini wilayah negara Myanmar. Wilayah negara lain," kata Kapolsek Menteng AKBP Ronald Purba saat menghalangi pendemo yang ingin melancarkan aksi menempel poster, Sabtu (2/9).
Setelah gagal menempel poster bergambar penderitaan etnis Rohingnya, ratusan pendemo dari Masyarakat Profesional bagi Kemanusiaan Rohingnya itu kemudian membakar poster tokoh nasional Myanmar Aung San Suu Kyi. Hal itu dilakukan sebagai protes karena penerima nobel perdamaian itu hanya diam dan tidak berusaha untuk menghentikan aksi kekerasan pada etnis Rohingnya.
Pelaku aksi juga mengutarakan keinginannya untuk menemui Duta Besar Myanmar untuk Indonesia. Setelah keinginan tersebut tidak terkabul, pendemo kembali melakukan orasi.
Koordinator Masyarakat Profesional bagi Kemanusiaan Rohingnya Ichsan Loulembah mengatakan aksi dilakukan secara spontan oleh pendemo karena melihat kejahatan yang dilakukan oleh Pemerintah Myanmar pada etnis Rohingnya. "Kejahatan kemanusiaan tidak membedakan ras, agama dan sifatnya universal. Kami juga mempertegas sisi kemanusiaan harus dijunjung tinggi," kata dia.
Komunitas profesional yang terdiri sekitar 100-200 orang itu mendesak Pemerintah Myanmar menghentikan pembantaian pada etnis Rohingnya. Ribuan Muslim Rohingya terpaksa melarikan diri ke perbatasan Bangladesh untuk menghindari kekerasan terburuk dalam lima tahun belakangan di Myanmar yang telah menewaskan 104 orang.