Selasa 05 Sep 2017 11:55 WIB

Penderitaan Rohingya Jadi Tantangan Nurani Masyarakat Internasional 

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah warga muslim Rohingya bersiap menaiki sampan saat meninggalkan Thandawli, kamp pengungsian internal Sittwe, negara bagian Rakhine, Myanmar, Sabtu (2/9).
Foto: Antara/Willy Kurniawan
Sejumlah warga muslim Rohingya bersiap menaiki sampan saat meninggalkan Thandawli, kamp pengungsian internal Sittwe, negara bagian Rakhine, Myanmar, Sabtu (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Menteri Luar Negeri Pakistan Khawaja Muhammad Asif mengatakan bahwa penderitaan masyarakat Rohingya adalah tantangan bagi hati nurani masyarakat internasional. Ia menyerukan diambilnya tindakan efektif guna mengakhiri semua pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim Rohingya.

"Kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang serius terhadap Muslim Rohingya sama seperti pelanggaran hukum humaniter internasional yang sangat menyedihkan," ungkap Asif, seperti dikutip laman Anadolu Agency, Senin (4/9).

Menurutnya, sudah saatnya pelbagai pihak mengambil sikap dan tindakan terhadap Myanmar terkait hal ini. Termasuk memasok bantuan bagi puluhan ribu pengungsi Rohingya yang kini telah melintasi perbatasan Myanmar menuju Bangladesh.

"Pakistan berkomitmen untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada Muslim Rohingya guna meringankan beban penderitaan mereka," kata Asif.

Dia juga menyatakan keprihatinannya atas penyebaran ujaran kebencian, hasutan terhadap kekerasan, diskriminasi, dan prasangka terhadap umat Islam. Ia meminta langkah-langkah efektif untuk mencegah terulangnya kekerasan semacam itu. Termasuk memberi keamanan kepada semua dan menjunjung hak setiap individu untuk hidup dan bergerak tanpa rasa takut dan diskriminasi.

Kekerasan di Myanmar, tepatnya di negara bagian Rakhine, kembali merebak setelah peristiwa penyerangan gerilyawan Rohingya ke pos-pos perbatasan Myanmar. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 10 polisi dan satu tentara Myanmar. 77 gerilyawan juga tewas dalam penyerangan ini.

Setelah kejadian tersebut, pasukan keamanan Myanmar menggelar operasi di Rakhine. Warga Rohingya dipindah secara paksa dan rumah-rumah mereka dibakar.

Aksi brutal militer Myanmar menyebabkan ribuan Muslim Rohingya menuju perbatasan Myanmar untuk menyeberang ke Bangladesh. Menurut badan pengungsi PBB, sekitar 80 ribu Muslim Rohingya telah melintasi perbatasan menuju Bangladesh.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement