REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) memastikan Aksi Bela Rohingya pada Jumat ( 8/9) siang, tetap berlanjut. Aksi tersebut sempat menuai pro kontra, lantaran aksi itu rencananya akan berlangsung di kawasan cagar budaya candi Borobudur. Kendati demikian, menurut Sekretaris Jendral LUIS, Endro Sudarsono mengatakan panitia dan elemen ormas yang akan mengikuti aksi sepakat untuk memusatkan aksi solidaritas itu di Masjid Annur yang berjarak sekitar satu kilo dari kawasan cagar budaya Candi Borobudur.
“Aksi terus (berlanjut), diarahkan di Masjid Annu, dipusatkan di An Nur. Nanti yang dari Solo berangkat sendiri-sendiri,” kata Endro kepada Republika.co.id pada Selasa (5/9) siang.
Terdapat 213 organisasi masyarakat yang akan mengikuti aksi tersebut. Bahkan Endro menyebutkan peserta aksi tak hanya berasal dari Soloraya dan sejumlah daerah di Jawa Tengah, namun terdapat peserta lainnya dari Jawa Timur dan Jawa Barat. Ditargetkan peserta aksi bela Rohingya mencapai satu juta orang.
Dalam aksi tersebut, jelas Endro terdapat tiga poin yang akan disampaikan yakni desakan kepada Pemerintah Myanmar untuk mengakui keberagaman suku, ras, agama yang ada di Myanmar. Selain itu, peserta aksi juga meminta penegakan hukum atas kekerasan yang terjadi pada Muslim Rohingya.
“Sebab kalau tidak, tentu ini aka nada perlawanan yang membuat situasi di sana menjadi tidak kondusif, dan cukup kemarin yang terakhir bagi Myanmar melakukan pengusiran, penyiksaan hingga pembunuhan,” katanya.
Aksi bela Rohingya akan berlangsung setelah pelaksanaan Sholat Jum'at. Selain orasi, pada aksi bela Rohinya juga akan digelar doa bersama dan penggalangan dana bagi muslim Rohingya. Endro menjelaskan, sebelumnya aksi tersebut mendapat larangan dari Pemda Magelang.
Selain karena alasan kawasan Candi Borobudur merupakan kawasan cagar budaya, pada Sabtu (9/9), rencananya Presiden Joko Widodo akan berkunjung ke Magelang untuk mengikuti kegiatan bersepeda dalam rangka peringatan hari olahraga nasional. Sebab itu, jelas dia, panitia aksi bela Rohingya memutuskan untuk mengalikan lokasi aksi tersebut. Kendati demikian, kata Endo, dengan prediksi banyaknya peserta aksi, tak menutup kemungkinan peserta aksi juga beraktifitas di sekitar candi Borobudur. Dia berharap dengan aksi tersebut dapat memberi efek terutama pada dunia internasional untuk membantu warga Rohinya.
“Kalau dari biksu di sana (Borobudur) kami sudah komunikasi, tapi dari Pemda memang melarang. Walau demikian saya kira masa yang begitu banyak akan masuk di sekitar Borobudur, makannya kita tetap komitmen tidak boleh ada yang mengganggu warga termasuk wisatawan,” katanya.