REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Seorang jurnalis India, Gauri Lankesh (55 tahun) tewas dengan luka tembak. Jasad Lankesh ditemukan terbaring di luar rumahnya di kota Bangalore. Lankesh merupakan jurnalis yang dikenal kritis terhadap politik nasionalis Hindu.
Hingga saat ini belum diketahui motif dari pembunuhan tersebut. Lankesh ditembak di bagian kepala dan dada oleh orang-orang bersenjata yang datang menggunakan sepeda motor.
Menurut pihak kepolian, pada saat insiden penembakan terjadi, Lankesh sedang membuka pintu gerbang rumahnya saat ia kembali dari aktivitasnya dengan menggunakan mobil pada Selasa malam. Ia tewas ditempat.
Polisi menduga Lakesh telah diincar oleh orang-orang bersenjata tersebut. Saat ini, kepolisan mulai melakukan Investigasi atas insiden ini.
Dilansir dari BBC.com, Rabu (6/9), kematian Lankesh mendapat kecaman dari berbagai kalangan. Melalui akun media sosialnya, Menteri utama negara bagian Karnataka Siddaramaiah menyebut insiden ini sebagai aksi pembunuhan terhadap demokrasi
Menurut para aktivis, wartawan di India semakin menjadi target oleh nasionalis Hindu radikal. Gauri Lankesh, yang mengedit sebuah surat kabar mingguan, dikenal sebagai jurnalis yang tak kenal takut dan blak-blakan.
Tahun lalu, dia dihukum dalam kasus penghinaan di salah satu artikelnya. Dia mengajukan banding atas putusan tersebut.
Lankesh berasal dari keluarga yang terkenal. Ia menjadi jurnalis di Lankesh Patrike, sebuah surat kabar yang didirikan oleh ayahnya P Lankesh, seorang penyair dan penulis sayap kiri. Dia adalah adik dari pembuat film pemenang penghargaan Kavitha Lankesh.
Wartawan veteran ini juga telah membuat surat kabar sendiri yang diberi nama Gauri Lankesh Patrike. Tahun lalu ia dihukum karena penghinaan untuk sebuah laporan yang dipublikasikan kepada pemimpin lokal Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa, yang dikenal dengan pandangan nasionalis Hindu. Dia dijatuhi hukuman enam bulan penjara, dan dibebaskan dengan jaminan.
Pembunuhannya menyusul beberapa pembunuhan sekularis atau rasionalis terang-terangan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk sarjana Malleshappa Kalburgi, aktivis Narendra Dabholkar, dan politisi Govind Pansare.
Penulis terkenal K Marulasiddappa mengatakan kepada BBC, serangan terhadap para penulis sering terjadi karena mereka mampu menciptakan opini publik. "Tidak mungkin ada alasan pribadi yang dikaitkan dengan kematiannya karena dia tidak memiliki musuh pribadi. Jadi, kemungkinannya hanya bersifat politis," katanya. India berada di peringkat 136 dari 180 negara di 2017 dalam World Press Freedom Index.