Jumat 08 Sep 2017 18:15 WIB

Gairah Islam Semakin Menguat di Chechnya

Muslimah Chechnya.
Foto: boston.com
Muslimah Chechnya.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Islam memainkan peran penting selama perang kemerdekaan. Sampai-sampai, kata Joanna Swirszcz dalam "The Role of Islam in Chechen National Identity", The Journal of Nationalism and Ethnicity, Vol 37, 2009, Chechen disebut menggunakan "pakaian spiritual bagi perjuangan nasional mereka". Hal ini tidak lepas dari pengaruh sufisme di Chechnya.

Sufisme telah melebur di tengah masyarakat Chechnya. "Ideologi sufi mudah beradaptasi dengan keyakinan umum, adat istiadat, dan masyarakat," ujar Vakhit Akaev, direktur Humanities Research Institute Republik Chechnya, seperti dikutip Jaimoukha. Ajaran ini menampilkan kombinasi asketisme, penghambaan kepada Allah, kesetiaan murid dengan pemimpin tarekat, dan semangat jihad untuk melawan penjajahan.

Pertemuan antara sufisme, nasionalisme, dan identitas tradisional menghasilkan kekuatan untuk melawan dominasi asing dalam bentuk apa pun. Selama revolusi 1877 dan 1917, hampir semua populasi Muslim dewasa di Chechnya dan Ingushetia mengikuti tarekat Naqsabandiyah atau Qadiriyah. Bahkan, di era Soviet, mayoritas Chechen dan dan Ingushetia adalah anggota tarekat. Sampai dengan masa Israilov-Sheripov di awal 1940-an, kata Jaimoukha, semua pemberontakan diprakarsai dan dilakukan oleh tarekat.

Seperti disebutkan, tarekat yang berkembang di Chechnya adalah Naqsabandiyah, Qadiriyah, dan Syadziliyah. Melawan kebiadaban yang dilakukan Rusia, gerakan Naqsabandiyah menjadi kekuatan utama di balik perlawanan Muslim pada paruh pertama abad ke-19.

Penyebaran tarekat ini terjadi pada tahun 1820-an, berawal mula dari Dagestan. Ajaran Mullah Muhammad memainkan peran penting dalam penyebaran semangat jihad. Dua muridnya, Ghazi Mohamed dan Imam Shamil, juga ditakdirkan mencatatkan kepahlawanan dalam sejarah Muslim Kaukasia.

Muslim merupakan salah satu dari banyak komponen identitas etnik Chechnya yang sangat kuat. Kendati, kata Edward W Walker dari University of California, identitas tradisional juga telah berakar kuat di tengah masyarakat. Itu pula, lanjut Walker berteori, yang membuat sufisme lebih mudah diterima di tengah masyarakat Chechnya.

"Ketika tiba di Chechnya, Islam bertemu dengan keyakinan dan praktik keagamaan tradisional. Ini dapat membantu menjelaskan mengapa Islam yang diadopsi orang-orang Chechen sebagian besar adalah sufisme," katanya.

Apabila pengikut Naqsabandiyah terkonsentrasi di timur Chechnya, gerakan Qadiriyah mendominasi di bagian barat Chechnya dan Ingushetia. Murid aktif tarekat ini diperkirakan sekitar 20 ribu di Chechnya. Selain perjuangan kemerdekaan, sufisme juga mengembangkan budaya literasi di Kaukasus Utara. Tingkat buta huruf di kalangan Chechen dan Dagesthan adalah salah satu yang terendah di masa Kekaisaran Rusia pada awal abad ke-20.

   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement