Rabu 13 Sep 2017 19:36 WIB

Warga Surabaya Diharapkan Bisa Swasembada Cabai

Rep: Binti Sholikah/ Red: Endro Yuwanto
Cabai
Foto: dok republika
Cabai

REPUBLIKA.CO.ID,  SURABAYA -- Warga Surabaya diharapkan bisa memenuhi kebutuhan cabai secara mandiri. Hal itu bisa dilakukan meski dalam kondisi lahan yang sempit.

Potensi swasembada cabai terlihat saat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melaksanakan kegiatan panen cabai urban farming di Kebun Lombok RW 07, Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Surabaya, Rabu (13/9). Lahan yang luasnya sekitar 5 x 5 meter tersebut dapat ditanami 350 pohon cabai.

Ketua RW 07 Kelurahan Kedungbaruk Bramasta mengakui, warganya giat menanam cabai setelah mendapat pasokan ratusan bibit cabai oleh Pemkot Surabaya. Sedikitnya, ada 350 bibit yang diberikan pemkot saat program Surabaya Pedas pada Mei 2017.

Setelah lima bulan, cabai yang ditanam di Kebun Lombok RW 07 tersebut terlihat hasilnya. "Ini semua berkat kesatuan warga yang bahu-membahu menanam dan merawat. Kami punya jadwal piket untuk perawatan dan pengamanan," jelas Bramasta.

Bramasta berharap, panen cabai urban farming di wilayahnya tersebut tidak hanya satu kali. Ia berharap agar upaya menanam cabai dapat dilakukan berkelanjutan tidak hanya di RW 07. Melainkan dapat meluas di wilayah-wilayah lain Kecamatan Rungkut dan juga kecamatan lain di Surabaya. Sehingga, Surabaya menjadi terkenal sebagai penghasil cabai.

"Dimulai dari RW 07, kami ingin Kecamatan Rungkut muncul sebagai kawasan penghasil lombok. Kami ingin mewujudkan swasembada cabai. Jadi, bila ada kenaikan harga cabai, kami tidak perlu khawatir," imbuh Bramasta.

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah mendorong potensi pertanian melalui program urban farming. Masyarakat didorong untuk mengoptimalkan keterbatasan lahan dengan menanam beragam tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.

Lingkungan RW 07 Kelurahan Kedung Baruk menjadi salah satu wilayah di Surabaya yang telah berhasil memproduksi cabai dari pertanian urban farming.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan, terkadang manusia kurang bersyukur karena menelantarkan lahan yang ada. "Meskipun lahannya sempit, selama bisa dioptimalkan tentu akan menghasilkan. Tuhan telah memberi kita iklim yang memungkinkan untuk mudah menanam apa saja. Dan bertanam ini salah satu bentuk syukur," ujar Risma, sapaan akrabnya.

Menurut Risma, menanam cabai di pekarangan rumah atau lahan kosong di lingkungan RW memiliki banyak manfaat. Selain manfaat ekonomis, aktivitas menanam dan merawat tanaman juga dianggap menyehatkan. Sebab menanam cabai akan selalu dibarengi menyiram yang diibaratkan berolah raga.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement