REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Sedikitnya tujuh orang tewas setelah baku tembak di Semenanjung Sinai, Mesir. Dilansir dari Aljazirah, Rabu (13/9), dua wajib militer dan lima lainnya tewas setelah seorang pembom bunuh diri berusaha menyerbu sebuah pos pemeriksaan di luar kota Rafah, dekat perbatasan Mesir dengan jalur Gaza.
Menurut Kolonel Tamer el-Rifai, tidak ada kelompok yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut. Insiden ini terjadi hanya dua hari setelah serangan ISIS yang menewaskan 18 polisi.
Serangan yang dilakukan ISIS kali ini merupakan serangan yang paling mematikan dalam melawan pasukan keamanan pemerintah sejak Juli, ketika kelompok tersebut menyerang sebuah pos terdepan tentara di Rafah, menewaskan 23 tentara. Mesir telah memerangi militan di Sinai selama bertahun-tahun, namun pemberontakan tersebut menjadi jauh lebih mematikan setelah pemerintahan Mohamed Morsi pada 2013.
Analis Timur Tengah Yehia Ghanem mengatakan kekerasan intensif di Sinai selama empat tahun terakhir telah digunakan oleh pemerintah Mesir untuk meningkatkan represi di seluruh negeri. "Rezim Mesir telah memulai kekerasan di Sinai, di seluruh negeri tapi secara khusus di Sinai. Ini adalah sebuah peraturan dimana kekerasan menimbulkan kekerasan," katanya. Semenanjung Sinai berbatasan dengan Israel dan Jalur Gaza.