REPUBLIKA.CO.ID, GLAND -- Macan tutul salju atau snow leopard tidak lagi dikategorikan dalam daftar spesies terancam punah. Kabar tersebut dirilis oleh organisasi Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) yang berkantor pusat di Gland, Swiss.
Spesies dengan nama ilmiah Panthera uncia itu memang masih menghadapi berbagai ancaman konservasi. Namun, sederet upaya pelestarian di ranah global telah menggeser statusnya ke tingkat lebih aman yakni kategori "rentan".
Perubahan kategori ini terjadi 45 tahun setelah macan tutul salju kali pertama diklasifikasikan sebagai spesies terancam punah. IUCN mengatakan, program penilaian intensif yang dilakukan lima pakar selama tiga tahun mendapati perbaikan kondisi fauna tersebut di alam liar.
Salah satu pakar dalam tim tersebut adalah Dr Tom McCarthy, pelaksana "Snow Leopard Programme" yang digagas yayasan amal Panthera. Menurut dia, serangkaian proyek konservasi menjadi salah satu faktor utama melambatnya tingkat penurunan macan tutul salju secara global.
Ia menjelaskan, status "terancam punah" berarti hanya ada kurang dari 2.500 fauna berisiko di alam liar. Klasifikasi ulang menjadi "rentan" artinya ada kurang dari 10 ribu macan salju yang populasinya menurun sekitar 10 persen dalam tiga generasi terakhir.
"Ini adalah kabar baik, tapi bukan berarti macan tutul salju sudah benar-benar aman. Spesies ini masih menghadapi risiko kepunahan yang tinggi di alam liar, dan kemungkinan jumlahnya masih bisa menurun," kata McCarthy.
Macan tutul salju tersebar di pegunungan salju Asia Tengah, dari Afganistan sampai bagian timur Tibet. Kucing besar ini utamanya rentan karena diburu untuk bulu tebalnya yang cantik, perubahan iklim, dan perkembangan infrastruktur, dikutip dari laman Independent.