REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI/LBH) membantah menyelenggarakan kongres Partai Komunis Indonesia (PKI) atau diskusi yang mengarah pada bangkitnya komunisme. "Tidak ada sama sekali diskusi atau kongres tentang komunisme. Acara yang kami selenggarakan murni diskusi sejarah dan pentas seni yang menampilkan beberapa seniman," kata Yunita salah satu panitia acara tersebut dari YLBHI, Senin (18/9) dini hari WIB.
Yunita menjelaskan kronologi serta konsep acara yang diselengarakan hingga akhirnya dikepung massa yang menduga adanya gerakan komunisme. Dalam diskusi yang bertema "Asik Asik Aksi" tersebut beberapa narasumber menjelaskan tentang sejarah 1965, berdasarkan info dari akun Twitter resmi Kontras.
Dalam poster yang disebarkan LBH Jakarta yang beralamat di Jalan Diponegoro No 74, Menteng, Jakarta Pusat, tertulis ada penampilan musik, puisi, stand up comedy dan diskusi yang mengangkat kebebasan berekspresi dalam berdemokrasi. Acara tersebut mengangkat tagar #DaruratDemokrasi #PolisiTakBerdaya.
Awalnya YLBHI menyelenggarakan sebuah diskusi kebangsaan yang diselingi acara kesenian. Namun, sekitar pukul 22.00 WIB ratusan massa yang mengatasnamakan diri dari beberapa lembaga masyarakat mengepung gedung (YLBHI) hingga Senin dini hari. "Semakin malam massa semakin bertambah dan beberapa di antaranya sempat melempari kerikil ke dalam Gedung YLBHI," kata Yunita.
Menurut dia, massa banyak yang melemparkan intimidasi verbal kepada peserta acara di YLBHI. "Mereka yang mengepung mengira diskusi memuat unsur komunis. Padahal, kami tidak ada tema acara seperti yang dimaksud. Pihak keamanan nampak kurang tegas dalam melakukan penjagaan terhadap berlangsungnya acara tersebut," katanya.
Hingga pukul 00.15 WIB, Senin dini hari (18/9), massa masih mengepung Gedung YLBHI dan jumlahnnya terus bertambah. Polisi menutup jalan Kimia Jakarta Pusat yang menjadi tempat acara YLBHI dan mengalihkan lalu lintas mulai dari depan Megaria.