Rabu 20 Sep 2017 18:43 WIB

Menelisik Masjid yang Kurang Dikenal di Cina

Masjid Huaisheng (Memorial Mosque) di Kota Guangzhou, Cina.
Foto: AP
Masjid Huaisheng (Memorial Mosque) di Kota Guangzhou, Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Tiga orang peneliti, Sheila Blair dan Jona than Bloom, dari Boston College serta Nancy Steinhardt dari University of Pennsylvania menelisik masjid yang kurang dikenal. Sedikitnya tercatat dalam sejarah terutama masjid-masjid di tengah dan utara Cina yang mengadopsi, mengadaptasi, dan berdiri di atas tradisi desain bangunan Cina yang kemudian berpadu dengan kepentingan Islam.

Penelusuran dimulai dari Provinsi Hebei di barat laut Beijing. Di sana terdapat Masjid Xuanhua Utara, tepatnya di Kota Zhangjiakou. Di sana, ucapan salam "Assalamualaikum'' sudah cukup dipahami.

Jawaban berupa seulas senyum orang di depan masjid cukup untuk mengantarkan pengunjung masuk ke dalam masjid. Di dalam Masjid Xuanhua Utara ini terdapat banyak Alquran, buku, serta kaligrafi dalam bahasa Arab dan Cina.

Perjalanan menelusuri masjid-masjid abad ke-18 ini melintasi tujuh provinsi, yakni Hebei, Shanxi, Gansu, Qinghai, Shaanxi, Hubei, dan Henan serta dua daerah otonom, yakni Mongo lia Dalam dan Ningxia yang banyak dihuni warga Muslim dari etnik Hui.

Bicara soal seberapa tua masjid-masjid ter sebut, agak sulit memastikannya. Apalagi, tak banyak yang suka bicara tentang Revolusi Budaya yang berlangsung selama satu dekade hingga wafatnya Mao Zedong.

Saat itu, praktik agama amat tertutup. Bangunan keagamaan di tata ulang sehingga tak banyak peninggalan yang bisa diidentifikasi berasal dari tahun sebelum tahun 1700-an.

Tak lama setelah Islam mulai berkembang pada abad ketujuh, kaum Muslimin mulai ber datangan ke daratan Cina, baik lewat Jalur Sutra melalui Asia Tengah maupun Jalur Rempah melalui Selat Malaka.

Sumber sejarah menyebutkan, pada 651 M, utusan Khalifah Utsman datang ke Istana Tang di Chang'an di Cina bagian tengah. Dengan me nyebarnya Islam ke Asia Tengah dan beralihnya bangsa Turki menjadi Muslim, kota-kota di selatan Cina jadi pusat kebudayaan Islam pada awal abad ke-10. Sekitar abad ke-12 ditemukan nisan di kota-kota pesisir dan pada abad ke-14 masjid di tenggara Cina mulai banyak dibangun.

Pada abad 18 dan 19, para pengikut Afak Khoja bergelombang datang ke Gansu, Ningxia, dan beberapa daerah lain di tengah Cina. Afaq Khoja merupakan salah seorang pemimpin besar bangsa Uighur yang memimpin perlawanan melawan Genghis Khan. Saat ini, makam Afak Khoja di Kashgar beserta ruangan shalat dan tempat ia mengajar menjadi kompleks keagama an yang dihormati warga Muslim di sana.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement