REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Duta Besar RI untuk Myanmar Ito Sumardi mengatakan, pengiriman bantuan untuk masyarakat pengungsi di Rakhine State saat ini lebih sulit. Sebab masyarakat di sana mulai sensitif akan bantuan kemanusiaan yang dikirim.
"Mereka mulai curiga dengan semua bentuk bantuan," kata Ito ditemui di Bandara Yangon, Kamis (21/9).
Ito menerangkan, terdapat sejumlah bantuan dari negara tertentu yang telah mengirimkan bantuannya ke Rakhine State, bahkan bantuan tersebut lebih dulu datang dibandingkan bantuan dari Indonesia. Namun, karena masyarakat setempat tidak ingin menerima bantuan tersebut maka barang yang berada di gudang di Rakhine State justru tertahan.
Untuk bantuan dari Indonesia, diyakini bisa masuk dan diterima pemerintah serta masyarakat di Rakhine State. Sebab, selama ini bantuan dari Indonesia dianggap tidak memiliki niat lain selain membantu masyarakat di Rakhine State.
Menurutnya, selama ini pemerintah Myanmar memandang Indonesia sebagai salah satu negara sahabat yang baik. Terlebih dengan dibangunnya fasilitas pendidikan dan kesehatan di Rakhine State. Indonesia juga dianggap sebagai negara yang cepat tanggap dalam membantu mereka. "Ini yang tidak dilakukan negara lain," ujar Ito.
Dia berharap diplomasi yang telah dirintis pemerintah Indonesia hingga memberikan ruang dalam memberikan bantuan bisa terus terjalin. "Jangan sampai ada diplomasi yang tidak tepat dan membuat upaya kerja sama kedua belah pihak dalam mengatasi krisis kemanusiaan tertutup," ujarnya.
Di sisi lain, Ito menilai kondisi yang terjadi di Rakhine State tidak bisa selesai dalam waktu cepat. Kejadian di kawasan tersebut tidak hanya persoalan konflik agama antara Muslim, Budha, atau Hindu. Kejadian di Rakhine State merupakan krisis kemanusiaan yang sangat kompleks.