REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Middle East Airlines (MEA) Lebanon telah menghentikan penerbangan ke dan dari wilayah Kurdi Irak utara. Seperti dilansir dari Anadolu, Rabu (27/9), embargo udara ini terjadi di tengah ketegangan antara Baghdad dan wilayah Kurdi mengenai keputusan KRG untuk mengadakan referendum kemerdekaan.
"Keputusan tersebut terkait dengan perkembangan baru di wilayah tersebut setelah referendum," kata perwakilan MEA.
Keputusan MEA datang setelah Baghdad meminta Kurdi untuk menyerahkan dua bandaranya atau menghadapi penutupan penerbangan internasional. Pada Rabu, Otoritas Penerbangan Sipil Irak meminta maskapai penerbangan asing menangguhkan penerbangan ke daerah yang dikuasai KRG.
Referendum yang diadakan pada Senin (25/9), menghadapi oposisi internasional. Pemungutan suara dapat mengalihkan perhatian dari perang yang sedang berlangsung melawan ISIS dan dapat menyebabkan kerusuhan regional.
Sebelumnya diberitakan, Iran telah menghentikan penerbangan ke bandara di Kurdistan Irak atas permintaan pemerintah pusat di Baghdad sehari sebelum referendum kemerdekaan Kurdi.
Sepert dilansir dari Aljazirah, Ahad (24/5), juru bicara badan keamanan utama Iran Kayvan Khosravi mengatakan Iran juga menutup wilayah udaranya untuk penerbangan yang berasal dari Kurdistan Irak.
Pengumuman tersebut diumumkan saat Iran juga memulai latihan militer di perbatasan Kurdi. Embargo udara adalah tindakan pembalasan konkret untuk melawan referendum yang ditolak oleh pemerintah di Baghdad dan oleh tetangga kuat Irak, Iran dan Turki serta kekuatan barat, termasuk Amerika Serikat. Keputusan Iran ini akan mempengaruhi dua bandara di daerah Kurdi: di Erbil dan Sulaymaniyah