REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus korupsi KTP-el yang dalam beberapa waktu terakhir menyeret nama Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto dianggap dapat mengurangi elektabilitas partai tersebut. Meski begitu, hal tersebut juga dianggap tak memengaruhi perolehan suara pemilih Golkar dalam Pemilihan Umum (Pemilu) mendatang.
"Apakah kasus Setya ini mengurangi elektabilitas Golkar? Jelas mengurangi! Tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap suara pemilih (Golkar) dalam Pemilu mendatang," ungkap pengamat politik dari Network for South East Asian Studies (NSEAS) Muchtar Effendi kepada Republika.co.id, Senin (2/10).
Menurut Muchtar, partai yang identik dengan warna kuning itu memiliki pengalaman yang banyak. Meskipun citra mereka sangat negatif, lanjut dia, fakta memperlihatkan mereka selalu berhasil merebut jumlah kursi yang tergolong papan atas di DPR.
"Ini sangat tidak lazim bagi parpol lain. Jadi, elektabilitas merendah, tapi sangat mungkin perolehan kursi tetap atau meningkat," ujar Muchtar.
Selain itu, Muchtar melihat di lapangan, perilaku poltik masyarakat sekitar 30 persen setuju politik uang bisa membeli suara. Menurut dia, faktanya, gugatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Mahkamah Konstitusi (MK) hampir semua kasus politik uang. "Kader-kader Golkar bisa memanfaatkan kondisi kelemahan ini menjadi kekuatan untuk menang," kata dia.