REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Idrus Marham tak mau ambil pusing dengan hasil survei yang menyebut elektabilitas Partai Golkar stagnan, bahkan cenderung menurun. Hal ini disampaikan Idrus untuk menanggapi hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang mengungkap elektabilitas parpol pendukung Joko Widodo, kecuali PDIP, stagnan dan mengalami penurunan.
"(Survei) SMRC kan apa? Surveinya berapa? Golkar nomer dua, dan semua turun. Ini kan perlu ada kajian. Kita baru mau survei. Tidak bisa kita ngarang," ujar Idrus saat ditemui wartawan di Hotel Sultan pada Kamis (5/10) malam.
Menurut Idrus, pihaknya enggan berspekulasi jauh mengenai menurunnya elektabilitas Partai Golkar tersebut tanpa dilakukan kajian terlebih dahulu. Terlebih menurutnya, hasil survei juga mengungkap penurunan terjadi pada partai pendukung Jokowi lainnya.
"Kan perlu dasar. Yang pasti terakhir itu PDIP kalau tidak salah 28, Golkar 12,4 , Gerindra 10 sekian. Kan semua turun. Kalau semua turun kita pelajari bersama. Salah satu dasar untuk menpelajari itu survei. Golkar akan memperlajari. Survei bagaimana," ujar Idrus.
Lebih lanjut Idrus mengatakan, dukungan Partai Golkar kepada Jokowi pada 2019 mendatang juga telah final. Karenanya, kendati survei menunjukan tidak ada pengaruh bagi elektabilitas Partai Golkar meski mendukung Jokowi, hal tersebut tidak menjadi soal.
"Kita tidak mendukung Pak Jokowi karena panggilan doktrinal. Kita melihat Pak Jokowi dalam kepemimpinannya memberikan kemanfaatkan pada rakyat. Dukungan partai Golkar kepada Pak Jokowi sudah final dan kami tidak lagi membahas itu," ujar Idrus.
Karenanya, yang dilakukan Partai Golkar saat ini adalah bagaimana memastikan kehadiran Golkar untuk mendukung Jokowi pada Pilpres 2019. "Yang kita bahas adalah langkah-langkah apa yang bisa kita lakukan untuk memastikan bahwa kehadiran Golkaer mendukung Jokowi pada Pilpres 2019 memberikan nilai tambah," ujarnya.
Hasil Survei SMRC dengan pertanyaan semi terbuka mengenai parpol diketahui sebanyak 27 persen warga akan memilih PDIP diikuti Golkar sebanyak 11,4 persen, Gerindra sebanyak 10,2 persen dan Demokrat sebanyak 7 persen. Sebanyak 19 persen pemilih tercatat belum menentukan pilihan.
"Secara tren, ada kecenderungan bahwa dibanding Pemilu 2014, dukungan kepada semua parpol kecuali PDIP cenderung menurun atau stagnan. Misalnya Golkar dapat 14 persen, sekarang pada posisi 11 persen. PDIP satu-satunya parpol yang kecenderungan suaranya menguat jika terlihat di trennya," ujar Direktur Eksekutif Djayadi Hanan