REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pengamat Pendidikan Provinsi Riau Soemardi Taher mengaku sedih dan malu atas peristiwa bentrokan antara mahasiswa Fisipol dan Teknik Universitas Riau pada Kamis (5/10) malam hingga menimbulkan sembilan korban luka-luka dan kerusakan fasilitas umum.
"Kejadian ini memalukan dan mencoreng Riau, karena bentrok justru terjadi di perguruan tinggi tempat pendidikan dan rujukan untuk semua kebaikan, bukan adu jotos," ucap Soemardi Taher yang juga sesepuh pendidikan di Riau kepada Antara di Pekanbaru Jumat (6/10).
Dia mengaku merasa malu pada dirinya sebagai generasi tua melihat penerus bangsa di Riau saat ini, sebab ia menilai harusnya perguruan tinggi seperti UNRI menjadi sumber karya dan ilmu serta pemikiran jernih bagi kemajuan anak muda penerus. "Tawuran ini memalukan, " ujarnya berkali-kali.
Ia mengakui permasalah ini bukan hanya dikalangan mahasiswa tetapi juga dosen sehingga menjadikan egosentris per fakultas. "Masalahnya dosen dan mahasiswa saat ini adalah orang yang sudah tidak mau berfikir lagi dengan jernih pokoknya diselesaikan semua dengan kekerasan, " ujarnya kecewa.
Karena itu sebut dia lagi pihaknya berharap kepada generasi muda sebagai bagian dari Perguruan Tinggi agar berupaya merubah pola fikir yang hanya mau menang sendiri dan egosentris tersebut dan mengedepankan upaya damai, harus berusaha menjadi yang terbaik di negeri Melayu ini.
"Karena itu kita berusahalah bagaimana membuat kampung kita Melayu yang katanya budayanya lembut, ramah sopan dan sebagainya agar jadi contoh bagi bangsa, " tegasnya.
Ia juga berpesan agar kasus ini diselidiki sampai tuntas akar permasalahannya sehingga bisa dicarikan solusi penyelesaian dan tidak terulang lagi menjadi dendam di masa datang. "Jadi harus tau apa akar dan penyebabnya lalu dicarikan obat dan solusinya agar tidak terulang lagi, malu kita," pungkasnya.
Sebagaimana diketahui telah terjadi bentrokan berdarah Kamis sore (5/10) yang melibatkan ratusan mahasiswa Fisip dan Fakultas Teknik Universitas Riau. Dari informasi yang dihimpun bentrokan terjadi setelah kegiatan wisuda Fakultas selesai digelar, namun belum jelas penyebab itu terjadi. Diduga bentrokan akibat adanya selisih paham antara Fakultas Fisip dan Teknik setelah wisuda, Kamis pagi.
Mahasiswa Teknik diduga konvoi setelah wisuda, sementara bagi mahasiswa Fisip, kegiatan konvoi mengganggu perayaan kelulusan tersebut. Hal itu diduga kuat penyebab pecahnya bentrokan. Akibat bentrokan ini terdapat sembilan mahasiswa yang terluka dan kini masih dirawat di Rumah Sakit Universitas Riau.
Jumlah itu bertambah setelah sebelumnya terdata sebanyak enam mahasiswa yang terluka. Mereka terdiri dari enam mahasiswa Fisip dan dua mahasiswa Teknik. Sejumlah luka pada bagian kepala akibat lemparan benda tajam diderita para mahasiswa yang terlibat bentrok.
Selain itu, terdapat seorang mahasiswa yang mengalami retak tulak kaki yang kini masih dirawat di ruang IGD. Berdasarkan pantauan Antara, hingga Jumat dini hari masih ada beberapa mahasiswa yang mayoritas laki-laki tersebut juga masih membawa kayu dan benda keras lainnya di halaman Gedung Fisip.
Terlihat pula puluhan personel Sabhara yang langsung dipimpin Wakapolresta Pekanbaru, AKBP Edy Sumardi siaga di lokasi bentrokan. "Kita terus berupaya melakukan mediasi dan berusaha meminta massa untuk dapat membubarkan diri," kata Edy Sumardi.
Namun, ia mengatakan mediasi yang turut melibatkan pihak rektorat, dekan Fakultas Fisip dan Teknik tersebut cukup alot, yang hingga menjelang tengah malam masih berlangsung. Meski mahasiwa yang masih bertahan, namun situasi di Kampus Universitas Riau terlihat kondusif. Petugas polisi juga tegas meminta kepada mahasiswa untuk memasuki areal kampus.