Sabtu 14 Oct 2017 21:33 WIB

Rouhani Serang Balik Trump

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Elba Damhuri
Presiden Turki Tayyip Erdogan (kiri) dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Foto: REUTERS/Umit Bektas
Presiden Turki Tayyip Erdogan (kiri) dan Presiden Iran Hassan Rouhani.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani menyerang balik Presiden AS Donald Trump. Rouhani mengatakan, Teheran akan tetap berkomitmen untuk melakukan kesepakatan nuklir multinasional, selama kesepakatan itu memenuhi kepentingan nasionalnya.

Pada Jumat (13/10), Trump mengkritik kesepakatan nuklir Iran dan meninggalkan nasibnya di tangan Kongres. Kesepakatan yang digagas pada 2015 itu juga ditandatangani oleh Inggris, Prancis, Rusia, Jerman, dan Uni Eropa.

"Apa yang didengar hari ini hanyalah pengulangan tuduhan yang tak berdasar dan kata-kata umpatan yang telah mereka katakan selama bertahun-tahun," kata Rouhani dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi dari Teheran.

"Bangsa Iran tidak mengharapkan hal lain dari Anda," tambahnya, mengacu kepada Trump. Rouhani juga menegaskan kesepakatan tersebut tidak dapat dinegosiasikan ulang.

Rouhani menolak ancaman Trump yang akan meninggalkan kesepakatan tersebut jika Kongres tidak memberlakukan sanksi baru yang lebih keras terhadap Iran. Ia menambahkan, keputusan Trump untuk meninggalkan kesepakatan nuklir Iran justru akan mengisolasi AS sendiri, karena penandatangan kesepakatan lainnya tetap berkomitmen untuk meneruskan.

"Hari ini, Amerika Serikat lebih terisolasi dari sebelumnya dalam penentangannya terhadap kesepakatan nuklir dan tuduhannya terhadap orang-orang Iran," ujar Rouhani, dikutip Aljazirah.

"Dia belum mempelajari hukum internasional. Dapatkah presiden membatalkan sebuah perjanjian internasional multilateral sendiri? Rupanya, dia tidak tahu bahwa kesepakatan ini bukan merupakan kesepakatan bilateral semata-mata antara Iran dan Amerika Serikat," ungkapnya.

Dalam pidatonya, Trump menuduh Iran melakukan aktivitas teror yang memicu ketidakstabilan di wilayah. Ia juga meminta sanksi yang lebih keras terhadap Garda Revolusi Iran dan meminta sekutu untuk membantu menjatuhkan sanksi yang menargetkan program rudal balistik Teheran.

Rouhani menanggapi tuduhan Trump dengan mengungkapkan pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan AS. Salah satunya adalah keterlibatan CIA dalam sebuah kudeta 1953, yang menggulingkan pemerintah Iran yang terpilih secara demokratis.

Dia juga mengkritik keterlibatan AS dalam perang, mulai dari Vietnam hingga Afghanistan dan Irak. Kemudian Rouhani menyoroti penembakan oleh sebuah kapal angkatan laut AS terhadap pesawat penumpang Iran pada 1988, yang menewaskan 290 orang.

Terlepas dari retorika Trump yang agresif, Rouhani mengatakan Iran tetap berkomitmen pada kesepakatan nuklir untuk saat ini. Menurutnya, program rudal balistik Iran akan berkembang meski mendapat tekanan dari AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement