REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar (Demiz) mengatakan penyiaran nasional masih dihadapkan pada lemahnya kesadaran serta kepatuhan lembaga-lembaga penyiaran terhadap ketentuan perilaku penyiaran dan standar program siaran. Akibatnya, masih terdapat isi siaran yang cenderung mengabaikan kualitas serta dampak siaran yang ditimbulkan berakibat negatif pada tatanan kehidupan masyarakat. Terutama, pada anak-anak.
Menurut Deddy, literasi media sangat penting dan mendesak untuk dikampanyekan sebagai sebuah gerakan sosial kemasyarakatan. Terutama, pada pelajar untuk mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya memahami, menggunakan dan menilai media secara benar dan tepat.
"Saya kira kampanye literasi media harus terus digalakan dikalangan pelajar dan tenaga pendidik. Karena saat ini literasi khususnya TV sangat penting," ujar Deddy Mizwar yang akrab disapa Demiz kepada wartawan, Jumat (27/10).
Menurut Demiz, dengan gerakan literasi media maka bisa mengurangi resiko dari tayangan yang berdampak buruk.Disisi lain, kemampuan masyarakat dalam bersikap kritis terhadap media penyiaran juga masih relatif rendah.
"Apa yang disiarkan media TV sering diterima apa adanya sebagai sebuah kebenaran," katanya.
Saat ini, kata dia, tingkat konsumsi televisi masyarakat masih tertinggi mencapai 85 persen. Sedangkan konsumsi radio 40 persen dan buku hanya 23 persen. "Bayangkan kalau tv produk-produknya "sampah" melulu maka otak kita juga akan penuh "sampah" kalau isinya "wangi" badan kita juga "wangi" cara berpikir kita wangi," katanya.
Masyarakat pun, menurut Demiz, diminta untuk berperan aktif mengawasi penyiaran televisi di daerahnya masing-masing dan memberi laporan ke KPID bila ada tayangan yang melanggar norma atau adab setempat.