Jumat 27 Oct 2017 16:36 WIB

Menag Buka Konferensi Besar IPPNU di Sleman

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin membuka konferensi besar Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama (IPPNU)
Foto: Wahyu Suryana / Republika
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin membuka konferensi besar Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama (IPPNU)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) se-Indonesia menggelar konferensi besar bertajuk Pelajar Putri Bersinergi Kawal Deradikalisasi. Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, secara resmi membuka konferensi rutin yang digelar minuman sekali seperiode itu.

Dalam sambutannya, Menag mengaku memang penting untuk bisa menghadiri konferensi besar IPPNU. Ia berpendapat, IPPNU akan mampu memetakan serta merumuskan agenda-agenda penting yang akan menjadi langkah dari masa depan bangsa Indonesia.

Menag sendiri menitipkan tiga harapan, pertama agar IPPNU tetap mendalami esensi dan subtansi sesungguhnya dari Islam. Sebab, lanjut Lukman, IPPNU tidak rerpisahkan dari satu organisasi terbesar tidak hanya di Indonesia tapi dunia yaitu Nahdlatul Ulama.

"Kuasai betul esensi atau subtansi dari ajaran pokok Islam itu seperti apa, NU lewat pendirinya sudah merumuskan esensi Islam yaitu rahmatan lil alamin atau saat ini disebut Islam Wasathiyah," kata Lukman di Asrama Haji Yogyakarta, Jum'at (27/10).

Lukman menuturkan, dua arus besar pemahaman Islam seperti yang lebih menekankan teks dan akal, harusnya mampu disinergikan. Terlebih, pelajar tentu lebih kuat dalam dasar pemikiran yang dimiliki masing-masing termasuk dari IPPNU itu sendiri.

Kedua, bagi mereka yang menguasai esensi dan subtansi Islam memadai saja, tentu akan terhindar dari upaya radikalisasi. Lukman menilai, wawasan yang cukup saja tentang Islam tentu akan menghindarkan seseorang dari kekerasan, bukan sebaliknya.

Untuk itu, dialog harus menjadi senjata utama yang IPPNU dalam memberikan kesadaran kepada mereka yang terbuai wawasan kekerasan. Karenanya, Lukman minta IPPNU menjalankan peran penting demi membawa mereka ke Islam yang memang jadi Rahmat bagi manusia.

"Tidak perlu kita perangi, kita harus merangkul, mengayomi, memberikan pemahaman Islam yang baik," ujar Lukman.

Ketiga, tentang persiapan pernikahan, IPPNU dirasa perlu mengembangkan program pranikah, terlebih angka dari perceraian dan KDRT semakin tinggi. Terlebih, masalah sosial masyarakat bersumber dari rumah tangga, kurangnya memahami esensi dari keluarga.

Ia pun mengaku sudah menitipkan ini kepada ormas-ormas lain yang memang fokus keluarga, agar bisa menjalankan peran penting ini secara maksimal. Mulai dari Muslimat, Aisyiyah, semua diminta meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia tentang esensi keluarga.

"Jika keluarga baik tentu masyarakatnya akan menjadi baik," kata Lukman.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement