REPUBLIKA.CO.ID, Abu Bakar ra telah menambah satu karya yang dianggap paling besar pada masa kekhalifahannya karena mencakup pelestarian terhadap kemurnian dan ajaran Islam hingga Hari Akhir. Karya tersebut adalah pengumpulan Alquran dalam satu mushaf.
Pengumpulan Alquran dilakukan Abu Bakar ra setelah dia menerima informasi tentang banyaknya para penghafal Alquran yang meninggal dunia dalam Perang Yamamah. Atas pandangan Umar bin Khaththab, tercetuslah ide tersebut.
Dikisahkan dari buku yang berjudul “Para Penggenggam Surga” karya Syaikh Muhammad Ahmad Isa bahwa awalnya Abu Bakar ra takut akan dosa karena melakukan hal yang tidak ada di zaman nabi. Namun, Umar terus menerus mengemukakan pandangannya hingga Abu Bakar dibukakan pintu hatinya oleh Allah SWT. Maka, dia segera memanggil Zaid ibn Tsabit.
Zaid ibn Tsabit berkata, “Abu Bakar mengutus seorang pahlawan Yamamah untuk menjemputku. Aku datang dan mendapati Umar sudah berada di sana bersamanya.”
Abu Bakar berkata memulai percakapan, “Umar mendatangi diriku dan berkata bahwa banyak para penghapal Alquran yang meninggal pada Perang Yamamah. Aku takut jika kejadian tersebut mengakibatkan banyak ayat Alquran yang hilang. Karena itu, menurut pendapatku, hendaknya engkau memerintahkan pengumpulan Alquran.”
“Bagaimana mungkin kita melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah?” jawab Zaid. Namun, Umar tetap bersikukuh sampai kemudian Allah mencerahkan pula hati Zaid. Hingga dia dapat melihat apa yang dilihat oleh Umar.
Kemudian Abu Bakar berkata pada Zaid, “Engkau adalah seorang pemuda yang cerdas dan telah menjadi juru tulis Rasulullah SAW dalam mencatat wahyu. Karena itu, susuri Alquran dan kumpulkanlah!”
“Demi Allah, memindahkan gunung lebih ringan bagiku dibandingkan dengan mengumpulkan Alquran. Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW?” tanya Zaid kepada mereka.
“Demi Allah, hal tersebut baik,” jawab Abu Bakar.
Dia terus membujuk Zaid sampai Allah melapangkan dadanya sebagaimana dirinya dan Umar. Barulah Zaid mencari dan mengumpulkan AlQuran dari pelepah kurma, permukaan batu cadas dan dari hafalan orang-orang.
Zaid berkata, “Aku menemukan akhir Surat at-Taubah yang berbunyi, 'Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.'(QS. at-Taubah 9:128).
"Mushaf tersebut berada di tangan Abu Bakar hingga dia wafat, kemudian dipegang oleh Umar hingga wafatnya, dan selanjutnya di pegang oleh Hafsah Binti Umar Radhiyallahu ‘anhuma." (HR. Bukhari 4987).
Demikianlah Alquran dikumpulkan secara harfiah sehingga terjaga dari percampuran dan takwil, sebagaimana yang terjadi pada kitab samawi lain. Oleh karena itu, William (seorang orientalis) berkata, “Tidak ada kitab di dunia ini yang selama dua belas abad sempurna kemurnian dan kedalamannya, kecuali Alquran.” (Al-Faruq Umar 1/84) dan (Al-Khulafa Al-Rasyidin hlm.31)