Sabtu 28 Oct 2017 08:19 WIB

Ketua MPR: Hentikan Kegaduhan, Rajut Kembali Merah Putih

Rep: Amri Amrullah/ Red: Endro Yuwanto
Zulkifli Hasan
Foto: MGROL75
Zulkifli Hasan

REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Ketua MPR Zulkifli Hasan mengaku prihatin dengan banyaknya saling menista dan saling melapor sesama anak bangsa akhir-akhir ini.

"Sekarang kalau bukan pendukungnya, maka dianggap lawannya. Kalau beda pilihan dalam pilkada dianggap anti-Pancasila. Ini salah paham sekaligus paham yang salah," kata Zulkifli saat memperingati Hari Jadi Ke-53 Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jumat (27/10).

Untuk itu Zulkifli mengajak seluruh pihak untuk menahan diri dari memecah belah persaudaraan. "Mari hentikan kegaduhan dan mulailah menjahit kembali Merah Putih kita. Apapun latar belakang suku, agama, dan latar belakangmu kau adalah saudaraku," ujar dia.

Salah paham yang lain, lanjut Zulkifli, adalah pengkotak-kotakan masyarakat. "Kami toleran, kalian intoleran. Kami perawat kemajemukan, kalian perusak kebhinnekaan. Kami penjaga Pancasila dan kalian pengkhianat Pancasila. Salah paham ini berbahaya. Ini harus kita luruskan," jelasnya.

Zulkifli menegaskan, agenda kebangsaan bukanlah sekadar mengejar ketertinggalan di berbagai bidang, juga bukan sekadar pekerjaan rumah mengenai ekonomi rakyat. Di samping kedua agenda itu, agenda kebangsaan yang sungguh serius dan tidak bisa ditunda-tunda untuk ditunaikan adalah agenda untuk menjahit kembali Merah Putih.

"Saya beserta jajaran MPR menegaskan tekad kami untuk menjadi penjahit kembali Merah Putih. Merajut kebhinnekaan, memperkuat persatuan. Kami percaya bahwa inilah tugas sejarah yang amat besar yang menjadi tantangan kita sekarang ini," kata Zulkifli menegaskan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement