REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly menegaskan radikalisme dan intoleransi harus diberantas dari tanah air. Dua hal ini, lanjutnya, dapat menghancurkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal ini disampaikan Yasonna saat menjadi pembicara dalam Kuliah Akbar bertema Aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi Melawan Radikalisme di Stadion Teladan Medan, Sabtu (28/10) sore. Ribuan mahasiswa dari 82 perguruan tinggi di Sumut hadir dalam kegiatan ini.
"Indonesia ditakdirkan sebagai negara yang pluralistik dan besar. Yang membuat negara ada adalah kehendak untuk bersatu, begitu kata presiden pertama kita, Bung karno mengutip Ernest Renan," kata Yasonna, Sabtu (28/10).
Yasonna mengatakan, Indonesia adalah salah satu negara terbesar di dunia. Dia pun berharap, di hari Sumpah Pemuda yang ke-89, para pemuda Indonesia dapat bersatu dalam memberantas radikalisme dan intoleransi di NKRI.
"Kita harus satu dan dalam kebinekaan karena dasar negara kita adalah Pancasila. Oleh karena itu, radikalisme harus sama-sama kita berantas, terutama untuk para pemuda Indonesia," ujar dia.
Yasonna mengatakan, heterogenitas dan pluralitas yang dimiliki Indonesia adalah keniscayaan dan karunia Tuhan. Atas dasar inilah, seluruh rakyat Indonesia harus menjaga karunia tersebut.
"Negara kita negara yang heterogen. Oleh karena itu, kita jangan mudah dipecahkan oleh paham radikalisme dan intoleransi," kata Yasonna.
Kuliah akbar ini digelar untuk memperingati hari Sumpah Pemuda ke-89. Acara serupa juga diadakan di seluruh provinsi di Indonesia.