REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Percetakan Alquran braille saat ini juga dilakukan oleh Yaya san Raudhatul Makfufin yang beralamat di Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Yayasan itu didirikan pertama kali oleh RM Halim Shaleh pada 26 November 1983.
Di sana, Alquran braille dicetak menggunakan metode print out dengan teknologi komputer. "Permintaan Alqur an braille cenderung meningkat dari pen juru nusantara, sedangkan produksinya amat terbatas, yakni hanya berkisar 1.000–2.000 set per tahunnya," ungkap salah satu pengasuh Yayasan Raudhatul Makfufin, Ade Ismail.
Sebelum mulai berkecimpung dalam du nia percetakan Alquran braille, Yaya san Raudhatul Makfufin telah lebih dulu mengembangkan sejumlah program. Di antaranya mencakup program penelitian, pelatihan tenaga percetakan, input data ayat dan terjemahannya, serta editing dan pengkoreksian naskah mushaf untuk kalangan tunanetra. Kegiatan tersebut telah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, yakni dari 1995-1999.
Proses penelitian tersebut kemudian menghasilkan satu software metode penulisan Alquran braille dengan menggunakan teknologi komputer yang pertama di Indonesia. Pada 2011, Alquran braille dan terjemahannya yang diterbitkan Yayasan Raudhatul Makfufin telah mendapat tanda tashih dari Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementerian Agama RI.