Senin 30 Oct 2017 08:27 WIB

BPBD Bali Mulai Pulangkan Pengungsi

Sejumlah pengungsi Gunung Agung beraktivitas di tempat penampungan di GOR Suwecapura, Klungkung, Bali, Kamis (28/9).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Sejumlah pengungsi Gunung Agung beraktivitas di tempat penampungan di GOR Suwecapura, Klungkung, Bali, Kamis (28/9).

REPUBLIKA.CO.ID, KLUNGKING -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klungkung Bali mulai memulangkan pengungsi di wilayah tersebut pascapenurunan status Gunung Agung dari Awas ke Siaga. Kepulangan pengungsi dilaksanakan secara bertahap mulai Senin (30/10) pagi memanfaatkan delapan kendaraan berupa lima bus dan tiga truk.

"Kami tidak memaksa para pengungsi pulang. Jika ada yang ingin tetap bertahan di pengungsian dipersilakan," kata Kepala Pelaksana BPBD Klungkung, Putu Widiada, di GOR Swecapura, Kota Semarapura, Senin (30/10).

BPBD mencatat sebanyak 3.758 jiwa pengungsi Gunung Agung yang masuk dalam wilayah enam desa kawasan rawan bencana status siaga. Enam desa tersebut yakni Buwana Giri, Sebudi, Besakih, Jungutan, Dukuh dan Ban. Sedangkan desa lainnya yang sebelumnya masuk KRB dinyatakan aman dan boleh pulang.

"Data tersebut menunjukkan penurunan cukup signifikan dibandingkan data pengungsi total saat ini mencapai sekitar puluhan ribu," paparnya.

Widiada menegaskan bahwa pihaknya tidak akan memaksa para pengungsi pulang. Termasuk mereka yang berada di wilayah aman atau di luar zona merah Gunung Agung. Salah satu pengungsi, Nyoman Wenten (50) mengaku pulang ke rumahnya di Desa Muncan Kecamatan Selat sekaligus untuk merayakan Hari Raya Suci Galungan, sebagai peringatan kemenangan kebaikan (dharma) melawan kejahatan (adharma). Wenten mengaku masih bingung karena tidak memiliki uang menyambut Galungan. Apalagi tidak bekerja selama hampir sebulan lebih mengungsi.

"Saya bingung sebenarnya karena tidak memiliki uang untuk persiapan hari raya. Kalau Galungan harus membeli bahan-bahan mulai dari perlengkapan ritual upacara dan juga bahan-bahan makanan," paparnya.

Nyoman Parwata (45), pengungsi lain asal Desa Muncan mengungkapkan akan kembali ke pengungsian setelah selesai melaksanakan ritual upacara di desa. "Saya akan kembali lagi nanti setelah selesai Galungan. Saya masih merasa takut berada di rumah karena statusnya masih siaga," kata Parwata.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement