Kamis 02 Nov 2017 07:54 WIB

Ada Pesan ISIS, Serangan di Manhattan Disebut Terorisme

Rep: Rizkyan Adiyudha, Kamran Dikarma/ Red: Elba Damhuri
Sepeda yang hancur ditabrak pada peristiwa penyerangan di New York City
Foto: Andres Kudacki/AP
Sepeda yang hancur ditabrak pada peristiwa penyerangan di New York City

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Serangan seorang imigran Uzbekistan yang menewaskan delapan orang di New York City, Selasa (31/10), adalah tindakan oleh pelaku tunggal. Namun, serangan pada Hari Halloween itu dinilai pejabat berwenang menunjukkan tanda-tanda terorisme.

Kepolisian menembak dan menangkap pelaku penyerangan setelah pelaku melakukan aksi di Lower West Side di Manhattan. Pelaku yang diidentifikasi bernama Sayfullo Habibullaevic Saipov merupakan warga negara Uzbekistan yang datang ke Amerika Serikat (AS) pada 2010.

Dia meninggalkan catatan berbahasa Inggris di dalam truk yang digunakan untuk melakukan aksinya. Dalam catatan tersebut, tersangka mengklaim melakukan serangan teror atas nama ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Sebelumnya, Gubernur New York Andrew Cumo telah menyatakan, serangan di Manhattan merupakan serangan tunggal. Tidak ada bukti bahwa serangan itu adalah bagian dari plot yang lebih luas.

Presiden AS Donald Trump mengecam serangan teror dan menyalahkan ISIS atas terjadinya insiden nahas tersebut. Melalui akun Twitter pribadinya, Trump mengatakan, insiden New York tampak seperti serangan oleh orang yang sangat sakit dan gila.

Pemerintah Uzbekistan siap membantu AS mengidentifikasi pelaku penyerangan. Mereka juga siap membantu investigasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kasus tersebut. Hal tersebut disampaikan Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev melalui surat yang dikirimkan ke Gedung Putih. Surat tersebut juga memuat pernyataan belasungkawa Pemerintah Uzbekistan atas peristiwa mengenaskan tersebut.

"Kami siap memberikan semua yang dibutuhkan untuk membantu investigasi atas aksi teror ini," kata Mirziyoyev.

Peristiwa terebut lantas menyedot perhatian dari berbagai belahan dunia. Perdana Menteri Inggris Theresa May mengaku terkejut dengan serangan di New York. Dia mengucapkan belasungkawa serta mengajak warga dunia mengalahkan kejahatan terorisme.

Kementerian Luar Negeri Argentina melalui Twitter menyebut ada warga Argentina terbunuh dalam kejadian tersebut, tetapi tidak mengungkapkan jumlah korban. Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Belgia Didier Reynders melalui Twitter mengatakan, seorang warga Belgia juga menjadi korban serangan tersebut.

Kerap langgar hukum

Berdasarkan penyelidikian kepolisian, Saipov diketahui kerap berurusan dengan penegak hukum di beberapa negara bagian. Pengemudi taksi daring Uber ini memiliki catatan pelanggaran lalu lintas yang dikeluarkan di Missouri dan Pennsylvania.

Dia ditangkap oleh patroli jalan raya Missouri pada Oktober 2016 setelah surat perintah dikeluarkan karena dia tak hadir di pengadilan atas kasus pelanggaran ringan. Dia membayar denda seharga 200 dolar AS karena tidak hadir di pengadilan untuk sidang berikutnya pada bulan November.

Saipov menggunakan mobil yang disewa dari pengecer Home Depot untuk beraksi. Dia kemudian menabrak pesepeda dan pejalan kaki di sepanjang jalur sepeda yang terdiri atas 20 blok. Kendaraan itu kemudian terhenti setelah menabrak bus sekolah, melukai dua orang dewasa dan dua anak.

Pengemudi muncul dengan memegang dua pistol dan berteriak-teriak. Dia kemudian ditembak di bagian perut oleh seorang petugas polisi yang berada di dekat lokasi kejadian. Insiden itu menewaskan delapan orang dan menyebabkan 11 orang terluka.

(Editor: Yeyen Rostiyani).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement