Selasa 07 Nov 2017 08:59 WIB

Hegemoni Antonio Conte

Jose Mourinho (kiri) dan Antonio Conte (kanan).
Foto: EPA/WILL OLIVER
Jose Mourinho (kiri) dan Antonio Conte (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Anggoro Pramudya

LONDON -- Chelsea sukses mempermalukan Manchester United 1-0 pada lanjutan Liga Primer Inggris pekan ke-11. Berlangsung di Stamford Bridge, Ahad (5/11) kemarin, gol tunggal the Blues hadir melalui tandukan indah dari Alvaro Morata.

Namun, dalam kemenangan itu tersirat insiden kecil antara kedua pelatih. Manajer Chelsea, Antonio Conte, terlihat tenggelam dalam euforia. Arsitek asal Italia menghilang setelah laga usai dan enggan berjabat tangan dengan Jose Mourinho yang telah menunggunya di depan lorong pintu kamar ganti. Tentu, tak ada yang mengira bahwa adegan jabat tangan tersebut hilang dari ritual biasanya.

Kamera televisi bahkan memperluas dugaan kita apa yang akan terjadi kepada dua seteru ini. Pasalnya, selain rivalitas kedua tim besar (Chelsea dan Manchester United), kurang harmonisnya hubungan Conte dengan Jose Mourinho menghadirkan bumbu penyedap dalam perebutan gelar Liga Primer Inggris 2017/2018.

Namun, rasanya terlalu berlebihan hingga Conte menepikan prosesi budaya dalam pelaksanaan sepak bola itu sendiri. Sebab, jabat tangan memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar menempelkan tangan satu manusia dengan yang lainnya. Ia menjadi simbol kepercayaan atau respek antarkedua belah pihak menjelang pertandingan atau pun sesudah pertandingan.

Meski begitu, Conte memiliki alasan lain dengan memberikan pendapatnya terkait kejadian tersebut. "Bersalaman tidak penting. Penting untuk memenangi pertandingan. Anda harus memiliki rasa hormat di lapangan. Di akhir pertandingan saya pergi menyalami para ofisial pertandingan dan dilanjutkan dengan pemain-pemain saya. Jika saya menyalami seseorang dua kali, saya pikir itu sudah cukup," urai Conte dilansir Sky Sports, Senin (6/11).

Alhasil, hilangnya Conte tak membuat Mourinho kecewa. Dia terlihat santai dengan situasi itu dan memilih menyalami beberapa staf kepelatihan the Blues untuk kemudian masuk lorong ganti pemain. "Dia (Conte) menghilang. Jadi saya menjabat tangan asistennya, yang buat saya pada dasaranya mengira itu sama saja," kata mantan pelatih Inter Milan dan Real Madrid selepas pertandingan.

Pelatih 54 tahun itu menambahkan, dirinya tak perlu sampai harus berlari-lari mengejar Conte hanya untuk merasakan dinginnya telapak tangan pelatih Chelsea. "Anda mau saya berlari mengejarnya ke tengah lapangan? Saya tidak bisa berlari hanya untuk mengejar dirinya," kata Mourinho dilansir Sky Sport.

Seperti diketahui, permasalahan Conte dan Mourinho sudah menjadi rahasia umum. Keduanya memang pantas diibaratkan dengan film anak-anak, Tom and Jerry. Perseturuan antara kedua pelatih memuncak pada musim lalu di tempat yang sama, Stamford Bridge. Saat itu, the Roman Emperor berhasil mengalahkan the Red Devils dengan skor telak 4-0.

Conte, dengan gayanya yang meledak-ledak merayakan kemenangan tersebut dengan antusias yang sangat tinggi. Lantas juru taktik asal Portugal itu menilai, euforia yang dilakukan eks pelatih Juventus terlalu berlebihan pun kabar yang bereda melaporkan jika Mourinho sempat mengatakan kepada Conte apabila perayaan kemenangan itu sangat merendahkan dirinya. Sejak saat itulah, hubungan antara Mourinho dan Conte dianggap memantik api permusuhan.

Di sisi lain, beberapa orang telah memahami gimik yang dipertontonkan Conte di pinggir lapangan. Allenatore 48 tahun itu selalu berdiri dan berteriak seperti cacing kepanasan. Dan yang terbaik dari seorang Conte adalah ekspresi saat pasukannya mampu mencetak gol bahkan mempertahankan kemenangan.

Dari ekspresinya kita melihat sosok yang benar-benar mencintai sepak bola dengan seluruh tubuhnya. Rata-rata orang Italia memang memiliki figur sensitif dan begitu sinis daripada yang lainnya.

Tak bisa dimungkiri bahwa sikap tersebut mereka tularkan di atas lapangan. Di Italia, muncul sebutan 'Bella Figura' yang artinya adalah sebuah konsep yang membuat mereka dikenal sebagai negara paling narsistik (bagaimana seseorang terlihat) di Benua Biru. Masyarakat di sana dipacu untuk tampil sedemikian 'heboh' agar orang di sekitarnya memandang mereka sebagai sesuatu yang 'wah'.

Ya, mungkin saja dalam reaksinya selepas pertandingan Conte menunjukan cita rasa orang Italia sejati yang ingin dilihat oleh banyak pendukung Chelsea dan pecinta sepak bola lainnya dengan merayakan kemenangan atas rival mereka. Tentu saja ini subjektif, tapi para suporter Juventus dan Chelsea mengerti akan gairah yang diperlihatkan oleh Antonio Conte.

Bagi Mourinho sendiri ini merupakan kekalahan ketiga dari lima pertemuan mereka dengan pasukan Antonio Conte. Sejak menangani Manchester United, Mourinho baru meraih satu kemenangan atas London Biru pada 16 April 2017.

Berikut lima rekor pertemuan Chelsea vs Manchester United:

07/02/16 Chelsea 1-1 Manchester United

23/10/16 Chelsea 4-0 Manchester United

13/03/17 Chelsea 1-0 Manchester United (FA Cup)

16/04/17 Manchester United 2-0 Chelsea

05/11/17 Chelsea 1-0 Manchester United

(Tulisan diolah oleh Abdullah Sammy).

Klasemen Premier League Musim 2024
Pos Team Main Menang Seri Kalah Gol -/+ Poin
1 Liverpool Liverpool 7 6 0 1 13 11 18
2 Manchester City Manchester City 7 5 2 0 17 9 17
3 Arsenal Arsenal 7 5 2 0 15 9 17
4 Chelsea Chelsea 7 4 2 1 16 8 14
5 Aston Villa Aston Villa 7 4 2 1 12 3 14
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement