REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Puluhan ribu orang turun ke jalan memperingati 13 tahun kematian Presiden Palestina Yasser Arafat di Gaza, Sabtu (11/11). Arafat merupakan pendiri Fatah, yang berkonflik dengan pihak Hamas. Peringatan tersebut berlangsung untuk pertama kalinya sejak satu dekade lalu kelompok Hamas merebut wilayah tersebut.
Hubungan antara Fatah dan Hamas diketahui telah membaik, sebulan setelah kedua pihak menandatangani kesepakatan yang membuka jalan untuk mengakhiri perpecahan internal Palestina. Berdasarkan kesepakatan, Hamas menyerahkan kendali Gaza kepada Otoritas Palestina pimpinan Fatah setelah satu dekade pemerintahan sepihak oleh gerakan Islam tersebut.
Tercapainya upaya rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah membuat para pendukung Fatah merasa aman berbondong-bondong datang ke al-Saraya Square di Kota Gaza untuk memperingati hari kematian Arafat. Mereka melambai-lambaikan bendera kuning, mengusung poster Arafat, dan mengenakan kafiyeh khas yang biasa dipakai almarhum.
Arafat meninggal dunia secara misterius dalam usia 75 tahun tepat pada 11 November 2004 di sebuah rumah sakit di Prancis. Pascakematian almarhum, tim ahli forensik asal Swiss menemukan jejak bahan radioaktif polonium yang sangat beracun dalam tubuhnya.
November 2007 silam, saat Hamas mengambil alih Gaza setelah sepekan pertempuran berdarah, Fatah sempat menggelar demonstrasi untuk menandai kematian Arafat. Namun, acara berakhir dengan bentrokan antara pendukung Fatah dan pasukan bersenjata Hamas, menyebabkan tujuh warga sipil terbunuh.
Sementara, acara yang berlangsung kemarin berakhir dengan damai setelah dua jam pidato dan pemutaran lagu-lagu patriotik yang menggelegar dari pengeras suara. Tidak hanya kelompok Fatah, sejumlah orang datang karena merindukan persatuan yang berlaku selama pemerintahan Arafat.
"Arafat untuk semua orang di Palestina," kata Ashraf Hamouda (34), salah satu peserta peringatan, dikutip dari laman ABC News.