REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi masyarakat Muslim di Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump, menghadapi beberapa tantangan. Bahkan, retorika Donald Trump ternyata memperkuat ketakutan orang-orang yang sudah takut.
"Dengan terpilihnya Donald Trump ini, memang kita menghadapi beberapa tantangan," kata Presiden Nusantara Foundation dan Imam Besar Masjid New York, Imam Shamsi Ali, saat ditemui Republika di Jakarta, Selasa (14/11).
Imam Shamsi mengatakan, tantangan yang pertama, retorika politik Donald Trump yang cukup anti-Islam, anti-imigran, dan anti-minoritas. Hal ini, cukup berimbas kepada ketenangan hidup masyarakat Muslim dan minoritas lainnya.
Yang kedua, retorika Donald Trump ternyata memperkuat ketakutan orang-orang yang sudah takut. Serta memperkuat kebencian orang-orang yang sudah benci. "Sehingga ada kasus-kasus kekerasan yang terjadi kepada minoritas, termasuk kepada masyarakat Muslim," ujarnya.
Namun, Imam Shamsi, secara umum, AS biasa-biasa saja. Kondisi seperti ini sudah pernah dialami sejak tragedi 11 September. Jadi bukan sesuatu yang baru kalau masyarakat Muslim menghadapi tantangan-tantangan seperti ini.
Ia menceritakan, dalam sejarah Amerika memang banyak diskriminasi yang terjadi kepada imigran. Semua agama yang dibawa imigran ke Amerika mengalami hal yang sama.
"Ketika Katolik datang ke Amerika pertama kali, mereka tidak bisa mendirikan gereja, ketika masyarakat Yahudi datang ke Amerika mereka diusir," ujarnya.
Menurutnya, hal tersebut merupakan proses yang terjadi. Tapi, Imam Shamsi mengaku, selalu optimis. Pada akhirnya perkembangan Islam tidak bisa ditahan lagi. Sebab masyarakat Amerika sudah semakin tahu agama Islam.
Ia menilai, pemberitaan tentang Islam oleh media massa, baik secara negatif maupun positif pada akhirnya akan menjadikan orang Amerika sadar. "Islam yang sesungguhnya bukan seperti yang disampaikan selama ini," tegasnya.