Rabu 22 Nov 2017 09:30 WIB

BPBD Bali Minta Masyarakat Terus Perbarui Informasi Bencana

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah pengungsi Gunung Agung turun dari truk setibanya di tempat penampungan GOR Suwecapura, di Klungkung, Bali, Selasa (21/11).
Foto: EPA-EFE / Made Nagi
Sejumlah pengungsi Gunung Agung turun dari truk setibanya di tempat penampungan GOR Suwecapura, di Klungkung, Bali, Selasa (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali mengimbau masyarakat di seluruh Bali, khususnya sekitar Gunung Agung untuk terus waspada dan memperbarui informasi terkait kebencanaan. Kepala Pelaksana Harian BPBD Bali, Dewa Made Indra mengatakan Gunung Agung secara formal dalam sistem peringatan dini masih berada di level tiga atau siaga.

"Sampai saat ini Gunung Agung masih menunjukkan aktivitas vulkaniknya. Masyarakat senantiasa waspada mengikuti informasi resmi dari pemerintah tentang perkembangan terbarunya," kata Made Indra di Denpasar, Rabu (22/11).

Made Indra juga mengimbau seluruh pihak, khususnya masyarakat untuk tidak menambah atau melebihkan informasi resmi dari pemerintah yang berpotensi menimbulkan kepanikan dan keresahan baru. Masyarakat yang berada di KRB III diminta tetap mengungsi, sementara yang berada di lereng gunung di luar zona merah agar tetap siap siaga jika sekiranya BPBD dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau evakuasi mandiri.

Masyarakat, kata Made Indra perlu juga memahami bahaya yang ditimbulkan oleh aktivitas Gunung Agung, misalnya saat erupsi magmatik telah terjadi. Bahaya pertama yang dihadapi masyarakat adalah debu vulkanik yang berbahaya bagi mata dan saluran pernapasan.

"Kami mengimbau masyarakat dari sekarang menyiapkan masker untuk pribadi dan rumah tangga. Debu vulkanik perlu dihindari jika masyarakat berencana melakukan perjalanan ke suatu tempat," katanya.

Bahaya kedua, setelah erupsi magmatik adalah material pasir, batu kerikil, dan lava panas dari perut gunung berapi. Jika ini terjadi di musim hujan, PVMBG akan memberi informasi arah dan jauh alirannya. Masyarakat, sebut Made Indra tak perlu ketakutan jika sudah menjauh dari zona yang ditentukan.

Jika erupsi magmatik terjadi pada musim hujan, dia menjelaskan, maka material pasir, debu, dan batu-batu kecil yang sudah keluar dari perut gunung mengendap di pinggir dan lereng sungai akan mengalir. Alirannya ini, kata Made Indra, juga berbahaya jika memasuki rumah penduduk dan pemukiman di pedesaan.

Gunung Agung mengeluarkan asap hitam pekat atau letusan freatik yang mengawali episode letusan sebuah gunung api, Selasa (21/11) sore sekitar pukul 17.35 WITA. Gunung Sinabung yang mengalami letusan freatik sepanjang 2010 hingga awal 2013, baru mengalami letusan magmatik.

Pemahaman masyarakat tentang gunung berapi dinilai masih terbatas. Warga Bali diimbau tidak panik dan tetap mematuhi rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), khususnya imbauan menjauhi area dalam radius enam hingga 7,5 kilometer.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement