REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Manajemen PT Freeport Indonesia telah mengungsikan keluarga karyawan perusahaan tambang itu dari Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Hal ini menyusul serangkaian teror penembakan yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di wilayah itu.
Juru Bicara PT Freeport Indonesia Riza Pratama, di Timika, Ibu Kota Kabupaten Mimika, Jumat, mengatakan keselamatan karyawan dan keluarganya adalah hal yang paling diprioritaskan oleh perusahaan asal Amerika Serikat tersebut.
"Kami tidak mau nanti terjadi apa-apa, apalagi jika itu terjadi pada anak-anak, atau keluarga karyawan lainnya. Kami panjangkan libur sekolah sementara, supaya keadaan lebih steril dan kondusif," kata Riza.
Belakangan terjadi beberapa kali aksi penembakan menyasar kawasan yang tak jauh dari pusat perumahan dan perkantoran PT Freeport Indonesia di Mile 68, Kota Tembagapura. Pada Kamis (16/11) lalu, Pos keamanan Palapa 239 di Tembagapura, diberondong tembakan oleh kelompok bersenjata.
Pada hari yang sama, kendaraan patroli PT Freeport juga diberondong tembakan di tikungan Mile 67. Tidak hanya itu, aksi penembakan beruntun ikut menyasar kendaraan operasional yang dikemudian seorang karyawan PT Freeport di Mile 69, satu mile melewati kawasan perkotaan Tembagapura.
Pascaancaman teror penembakan beruntun tersebut, sejumlah karyawan mengaku dalam situasi mencekam dan meminta segera dievakuasi bersama keluarga mereka dari Tembagapura.
"Yang ada keluarganya di Kuala Kencana itu akan kembali sementara ke Kuala Kencana. Sementara yang tidak punya keluarga di Timika itu pulang dulu ke daerahnya sampai situasi kembali kondusif. Ini dalam bentuk libur bagi anak sekolah, jika nanti setelah keadaan aman, mereka kembali lagi," kata Riza.
Sementara itu, Riza memastikan operasi perusahaan selama terjadinya aksi penembakan beruntun hampir dua bulan terakhir, tidak berdampak pada produksi perusahaan. "(Produksi tetap berjalan) sebenarnya bukan karena kami mengejar produksi, tetapi kebetulan kejadian dekat rumah karyawan. Keselamatan karyawan tetap menjadi prioritas utama kami," ucapnya.
Meski begitu, Riza tak menampik jika ada perubahan sistem mobilisasi karyawan dari tempat kerja. Karyawan tidak lagi bebas bepergian tanpa pengawalan aparat keamanan bersenjata lengkap. "Sekarang tidak bisa bepergian seperti biasa secara bebas, misalnya tadinya karyawan bisa pulang dengan cepat, dia harus tunggu bus untuk konvoi dulu. Itu memang ada gangguan," ujarnya.