Kamis 30 Nov 2017 00:28 WIB

Banyak TKA Cina yang Bukan Tenaga Ahli

Rep: Santi Sopia/ Red: Elba Damhuri
Dua pekerja asing asal Cina keluar dari kamarnya saat petugas Imigrasi dan polisi melakukan penggerebekan di Kelurahan Watusampu, Ulujadi, Palu, Sulawesi Tengah.
Foto: Antara/Basri Marzuki
Dua pekerja asing asal Cina keluar dari kamarnya saat petugas Imigrasi dan polisi melakukan penggerebekan di Kelurahan Watusampu, Ulujadi, Palu, Sulawesi Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto berkomentar terkait serbuan tenaga kerja asing (TKA) Cina yang dianggap mengancam SDM Indonesia. Menurut dia, memang TKA, khususnya dari Cina kebanyakan bukan tenaga ahli.

Artinya pekerjaan yang dilakukan mereka masih banyak dapat dilakukan tenaga kerja lokal. "Memang kalau kita lihat secara kasat mata banyak sekarang ini tenaga-tenaga asing, khususnya dari Cina yang punya keahlian," kata Agus di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (29/11).

Bagaimapun SDM dalam negeri, menurut Agus, memang perlu diprioritaskan. Kemenaker, jelas dia, harus bekerja keras apalagi yang memberikan sinyalemen soal serbuan TKA Cina ini adalah Wapres Jusuf Kalla. Sebab secara kasat mata, serbuan ini memang terlihat.

Tentunya Kemenaker juga bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian maupun Kementerian perdagangan. Sehingga, kata dia, bisa lebih mengutamakan tenaga kerja lokal selagi memang bisa ditangani oleh pekerja dalam negeri sendiri.

Serbuan tenaga kerja Cina di Indonesia tidak bisa dihindari. Ini terjadi Pemerintah Indonesia mempererat kerja sama ekonomi dengan Cina di mana banyak proyek-proyek nasional dibiayai Cina. Sebagai konsekuensi, Cina meminta tenaga kerjanya masuk dan bekerja di Indonesia.

Sebagai negara yang mengandalkan ekonominya dari mesin pertumbuhan yang saat ini turun, Cina berkepentingan menjaga gelombang pengangguran. Makanya, kebijakan memberi bantuan ke negara lain pun selalu disertai dengan pengiriman tenaga kerja terutama yang tidak memiliki keahlian.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement