REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Rangkaian acara Kirab Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sudah sampai di kota Sidoarjo. Variasi kegiatan diberikan kepada para peserta Kirab Pemuda dan juga ratusan mahasiswa yang mengikuti kegiatan di kota udang tersebut, salah satunya adalah talkshow yang dihadiri sejumlah pemain timnas sepak bola Indonesia.
Setelah menjalani pawai kirab budaya dan menyapa warga Sidoarjo, para mahasiswa diberikan suguhan Talk Show dengan tema '101 Wajah Media Sosial: Tantangan Milenials' di Umsida, Sidoarjo, Sabtu (2/12) petang. Keseruan dan keaktifan peserta sangat tampak dalam kegiatan yang dimoderatori oleh Valentino 'jebret' Simanjuntak.
Pembicara utama adalah Menpora Imam Nahrawi. Selain itu, ada Penanggung jawab Medsos TNI AU Kolonel (Pnb) Agung Sasongko Jati, perwakilan media, serta beberapa pemain sepak bola. Tampak di antaranya adalah pemain yang pernah memperkuat timnas seperti Gunawan Dwi Cahyo (Persija), Dendi Santoso (Arema), dan Atep (Persib). Selain itu ada juga pemain Persebaya, Rendy Irwan Syahputra (Persebaya),
Semangat yang diusung dalam talkshow ini adalah terkait pemanfaatan media sosial dengan lebih mengedepankan konten yang positif. Tidak mudah termakan berita hoaks dan tak mudah termakan isu-isu negatif. Karena itu, klarifikasi dan mencari kebenaran terlebih dulu dibutuhkan, sebelum memposting hal yang negatif di medsos.
Dalam paparannya, Imam menjelaskan bahwa generasi milenial harus menggunakan media sosial secara arif dan bijaksana. Tidak mudah terprovokasi dan lebih waspada dalam menerima atau menyebarkan berita.
"Generasi milenial dalam setiap hari selalu mendapatkan informasi yang luas. Tapi dalam menerima segala informasi tersebut harus hati-hati dan waspada. Kita semua harus terus menyebarkan dan menebarkan kebaikan diantara sesama. Sudah bukan zamannya lagi dijejali oleh informasi-informasi yang menebarkan kebencian. Mari bermedsos dengan positif," kata menteri 44 tahun itu.
Imam menuturkan, menyebarkan kebencian hanya akan membuat persatuan yang ada di Indonesia menjadi tergerus. Karena itu, dia meminta agar sebelum menyebarkan berita negatif untuk terlebih dulu melihat media yang selama ini terkenal independen dan obyektif dalam memberitakan sesuatu.