REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pejabat AS mengatakan, rudal balistik antarbenua Korea Utara yang terbaru tidak dapat bertahan dan masuk kembali ke atmosfer bumi setelah diuji coba minggu ini. Pejabat tersebut menambahkan, sekutu AS sedang mencari sisa-sisa hulu ledak setelah jatuh ke dekat pantai Jepang pada Rabu (29/11).
Kabar tersebut menunjukkan, bahkan jika rudal terbaru Korea Utara yang dijuluki Hwasong-15, tidak akan berdampak pada AS bahkan jika memiliki jangkauan untuk mencapai pantai Amerika. Jumat (1/12), Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan, rudal berbahan bakar dua tahap berpotensi mampu mencapai sasaran sejauh 8.100 mil, yang dapat menjangkau Washington.
Dilansir dari Fox News, Ahad (3/12), Kantor Kepresidenan Seoul melaporkan, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berbagi penilaian negaranya dengan Presiden Donald Trump dalam percakapan telepon, Kamis (30/11) malam. Kedua pemimpin tersebut menegaskan, kembali komitmen mereka untuk memperkuat tekanan dan sanksi terhadap Pyongyang untuk mencegah ambisi nuklirnya.
Juru bicara Kementerian Unifikasi Korea Selatan, Eugene Lee, yang menangani urusan terkait dengan Korea Utara, mengatakan, pemerintah Seoul menganggap Korea Utara belum melewati "garis merah" dalam pengembangan senjata, karena belum menyempurnakan ICBM-nya.
Korea Utara mengatakan, bahwa rudal tersebut mencapai puncak 2.780 mil dan terbang sejauh 600 mil. Data puncuran rudal tersebut serupa dengan yang diumumkan oleh militer Korea Selatan. Pyongyang menggambarkan ICBM barunya sebagai rudal yang melebihi Hwasong-14, dimana peluncurannya telah diuji dua kali pada bulan Juli lalu.
Kementerian Pertahanan Seoul mengatakan, Hwasong-15 lebih panjang 56 kaki dari pada Hwasong-14. Hwasong-15 juga lebih tebal, yaitu 2,62 kaki lebih lebar dari tahap kedua Hwasong-14.
Tahap pertama Hwasong-15 didukung oleh sepasang mesin yang juga digunakan dalam tahap pertama mesin tunggal dari Hwasong-14. Kementerian Pertahanan Seoul juga masih menganalisa pembangunan tahap kedua dari Hwasong-15