REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendikiawan Muslim Prof KH Didin Hafidhuddin MSc berpandangan, pembangunan yang paling substansial adalah pembangunan akhlak, karakter, dan moral. Sebab, tanpa akhlak dan moral maka kemajuan sains serta teknologi tidak akan ada manfaatnya.
"Beberapa contoh di negara barat yang tidak dilandasi dengan moral dan akhlak yang baik. Pembangunan yang bersifat material semata kan tidak menghasilkan kebaikan," kata KH Didin kepada Republika.co.id, Ahad (3/12)
Dikatakan Didin, di Indonesia, sudah jelas tujuan pendidikan untuk membangun manusia yang berakhlak, bermoral, berkepribadian dan mencintai Tanah Air. Salah satu unsur penting dalam rangka meluruskan dan menyukseskan tujuan pendidikan adalah pendidikan agama.
Sebab, pendidikan agama sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang berkarakter, berkepribadian dan berakhlak baik. Namun, Didin menyayangkan, pendidikan agama dalam implementasinya tidak berjalan dengan baik. Masih ada beberapa permasalahan seperti kurangnya tenaga guru agama. "Dirasakan di mana-mana itu kekurangan sekali guru pendidikan agama Islam itu," ujarnya.
Dia mengatakan, jangankan masalah kualitas guru agama, kuantitas pun masih menjadi masalah. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama lebih serius lagi untuk melahirkan guru agama yang baik. Artinya guru agama harus lebih diberi perhatian.
Menurutnya, tugas guru agama memberikan landasan pengetahuan dan kepribadian. Guru agama juga harus berkualitas. Artinya, guru agama tidak asal mengajar materi pelajaran sesuai dengan kurikulum, tidak hanya sekedar itu.
"Dia (guru agama) juga harus punya ruh dan spirit untuk menjadikan anak didiknya sebagai peserta didik yang baik, yang akan bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa," ujarnya.
Menurutnya, Kongres ke-3 Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) sebaiknya diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas guru agama. Juga mendorong pemerintah supaya punya perhatian terhadap guru agama. Sebab, dikatakan dia, selama ini perhatian pemerintah terhadap guru agama masih kurang.
Contohnya, berdasarkan hasil penelitian di Jakarta, tidak semua Sekolah Dasar (SD) punya guru agama. SMP, SMA dan perguruan tinggi juga masih sangat kekurangan guru agama. Di samping itu, pengetahuan guru agamanya juga pas-pasan.
"Jadi, peningkatan kualitas dari dosen (guru) agama ini masih sangat kurang, kita berharap kedepan disediakan anggaran belanja dari pemerintah, APBN maupun APBD yang memadai untuk kepentingan guru," ucapnya. Dia menegaskan, anggaran belanja dari pemerintah untuk kepentingan guru pendidikan agama Islam, gunanya untuk meningkatkan kualitas dan menambah jumlah guru agama.