REPUBLIKA.CO.ID,BATUBARA -- General Manager SDM PT Indonesia Asahan Alumunium, Muhammad Rozak Hudioro, mengatakan 2021 mendatang Inalum mentargetkan tak lagi mengimpor alumina dari Australia. Kebijakan ini diambil seiring dengan proyek pembangunan pabrik smelting bauksit yang dicanangkan bersama PT Antam di Mempawah, Kalimantan Barat.
Rozak menjelaskan sejak Inalum berdiri selalu mengimpor bahan baku pembuatan alumunium dari Australia. Alumina yang menjadi bahan baku alumunium merupakan bahan turunan dari bauksit dan selama ini belum ada pabrik yang memproduksi alumina ini.
"Kalau proyek ini selesai di 2021 maka kita bisa setop impor dari Australia. Selama ini kita punya cadangan bauksit banyak sekali. Tapi pabrik pengolahannya baru akan kita buat bersama Antam," ujar Rozak di Pabrik Smelter Alumunium, Kuala Tanjung, Medan, Selasa (5/12).
Rozak menjelaskan nantinya pabrik besutan Antam dan Inalum tersebut akan berkapasitas 1 juta ton. Hal ini bisa untuk memenuhi kebutuhan Alumina Inalum sebesar 500 ribu ton. Nantinya, dengan adanya pabrik Alumina sendiri rencananya Inalum akan meningkatkan produksi olahan Alumunium menjadi 1 juta ton per tahun.
"Itung-itungan gampangnya itu kalau saya mau bikin alumina dibutuhkan 2 kali bauksit. Jadi kalau saya butuh satu ton alumina, saya butuh dua ton bauksit. Kalau saya mau menghasilkan satu batangan aluminium dibutuh dua ton alumina," ujar Rozak.