REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan Amerika Serikat akan terus menekan Iran untuk tetap patuh pada kesepatan nuklir. Komentar Tillerson terlontar usai mengadakan pertemuan dengan Komisioner Tinggi Uni Eropa untuk Kebijakan Luar Negeri Federica Mogherini.
"Kami mendiskusikan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) untuk membuat Iran tetap mematuhi sepenuhnya kesepakatan tersebut" kata Tillerson seperti diwartakan Aljazirah, Rabu (6/12).
JCPOA disetujui oleh AS, Cina, Rusia, Jerman, Prancis dan Inggris. Kesepakatan itu memberlakukan pembatasan stok uranium Iran dan kapasitas untuk mengembangkannya.
Pertemuan itu dilakukan usai Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang akan mencabut sertifkasi kesepaktan nuklir Iran pada Oktober kemarin. Sertifikasi kesepakatan tersebut dilakukan untuk menghindarkan Iran dari sanksi internasional yang dijatuhkan kepada negara tersebut.
Rex mengatakan akan menekan Iran untuk terus memberikan komitmen mereka terkait kesepakatan tersebut. Ini menyusul segera dikeluarkannya keputusan kongres Amerika terkait pemberlakuan sanksi ekonomi kepada Tehran dalam beberapa hari mendatang.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menilai Iran telah sepenuhnya mematuhi persyaratan dari kesepakatan tersebut. Meski demikian, Trump menuding Iran telah mengikari kesepakatan tersebut.
Tillerson mengatakan, Iran saat ini tengah melakukan sejumlah tindakan yang menggangu stabilitas dunia misalnya seperti mendukung aktifitas ekstrimis Houthi di Yaman. Tehran juga dinilai tengah memasok persenjataan ke paskan Sirian dan terus memberikan dukungannya kepada Hezbollah.
Tillerson mengatakan, isu dan aktivitas Iran dalam kasus tersebut tidak dapat diabaikan dan mereka harus menjawabnya. AS dan JCPOA, dia melanjutkan, akan terus mengambil tindakan untuk memastikan Iran memahami bahwa itu tidak bisa diterima.
"Kami akan bekerja sama dengan rekan kami di Eropa untuk mengatasi hal ini," kata Rex Tillerson.
Mogherini juga meminta Iran memberikan komitmen mereka atas kesepakatan tersebut. Menurut dia, melanggar keseepakatan tersebut akan lebih menghasilkan keburukan dari pada sebaliknya.
Mogherini mengatakan, melanggar kesepakatan yang hingga saat ini masih berjalan itu tidak akan menempatkan kita pada posisi yang lebih baik untuk membahas hal-hal lain tapi sebaliknya," katanya.
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement