Rabu 06 Dec 2017 20:47 WIB

Makan Tikus yang Makan Racun Tikus, Banyak Burung Hantu Mati

Red: Didi Purwadi
Ilustrasi burung hantu
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Ilustrasi burung hantu

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Penggunaan racun tikus di Australia yang dibatasi di banyak negara lain menjadi penyebab keracunan mematikan yang ditemukan pada lebih dari 70 persen burung hantu. Burung bertubuh kecil itu banyak ditemukan di negara yang terkenal dengan hewan kangurunya tersebut.

Ketika satu burung hantu atau predator lain mengkonsumsi tikus atau tikus kecil yang telah memakan umpan (racun tikus), mereka juga mengkonsumsi racun yang akan tetap berada di dalam sistem tubuh mereka untuk waktu lama. ''Ini karena racun tikus komersial adalah anti-zat pengental yang sangat kuat dan secara kimiawi stabil,'' kata siaran pers dari Edith Cowan University di Western Australia pada Rabu yang mengutip penelitinya Michael Lohr.

Makin banyak burung hantu mengkonsumsinya, kata Lohr, maka makin tinggi kandungan racun di dalam liver mereka. ''Itu akan terus bertambah sampai mencapai dosis yang mematikan," kata peneliti tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu malam.

Penelitian Lohr dipusatkan pada burung hantu boobook. Tapi, keracunan sekunder mereka juga mempengaruhi hewan lain, termasuk kucing, buruk elang berukuran sedang dan burung elang bertubuh besar.