REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA -- Pada malam Jumat, 27 November, dua pria bertudung merusak pusat kebudayaan Muslim di Warsawa. Mereka memecahkan jendela dengan batu dan potongan beton.
Dilansir di Aljazirah, Kamis (7/12), serangan ini terjadi di tengah meningkatnya islamofobia di Polandia, di mana umat Islam hanya terdiri dari 0,1 persen populasi. Rekaman CCTV memperlihatkan peristiwa penyerangan tersebut. Namun karena penyerangan terjadi di malam hari, wajah pelaku tidak dapat dikenali.
"Saya berharap pelakunya segera tertangkap," kata Menteri Dalam Negeri Polandia Mariusz Blaszczak.
Seorang mualaf Polandia Anna Lukjanowicz mengatakan ini bukan serangan pertama kali terhadap pusat kebudayaan Islam. Pada Oktober tahun ini, seorang pria bertopeng melemparkan botol ke pintu depan bangunan.
"Peristiwa terakhir adalah bagian dari suasana xenofobia dan rasialisme yang tidak berbudaya di Polandia. Karena serangan verbal dan fisik tidak hanya terjadi pada Muslim, tapi juga orang-orang yang 'terlihat seperti Muslim' - yaitu orang-orang dengan kulit yang lebih gelap," katanya.
Pusat kebudayaan muslim di Warsawa selesai dibangun pada 2015. Arsitektur bangunan memadukan tradisi Timur Tengah dan tren Eropa. Pusat ini sering menjadi tuan rumah bagi konferensi, perpustakaan dan tempat ibadah terbesar di Polandia dengan kapasitas 600 orang.
Pada awal 2017, pegawai pusat kebudayaan tersebut menulis surat kepada pejabat Polandia, termasuk presiden, perdana menteri, majelis parlemen dan semua partai parlementer. Ia mengungkapkan keprihatinan Muslim Polandia atas pemberitaan yang tidak berimbang mengenai Islam. Ia juga mengkritik konsolidasi sikap anti-Muslim dalam debat politik.
Menurutnya, ini bisa menyebabkan peningkatan xenofobia dan kekerasan terhadap umat Islam. Pada 2016, angka dari kepolisian menunjukkan jumlah kejahatan rasial tertinggi kedua setelah 2015, dengan 765 melaporkan kasus kekerasan. Pada 2014, polisi mencatat 262 insiden.
Pada 2016, kantor kejaksaan setempat menyelidiki 1.631 kejahatan kebencian yang disebabkan oleh rasialisme, anti-semitisme atau xenofobia. Sejak 2015, jumlah serangan terhadap umat Islam meningkat dari 192 menjadi 362, diikuti oleh serangan terhadap orang-orang Yahudi dan Roma.
Surat-surat yang dikirimkan pusat budaya Muslim hanya mendapat sedikit tanggapan dari pihak berwenang. Sebagai satu-satunya jawaban kantor Senat mengatakan serangan fisik terhadap pusat kebudayaan muslim tidak mungkin terjadi. Padahal bukti menunjukan fakta sebaliknya.
Fakta dari tradisi dan sejarah Polandia menunjukkan orang-orang Kristen Ortodoks, Protestan, Yahudi, Tatar, Ukraina dan Belarusia hidup dalam damai dengan orang-orang asli Polandia. Perwakilan komunitas Yahudi juga menyatakan penyesalannya atas serangan tersebut. Mereka mengakui adanya peningkatan sikap negatif terhadap kaum minoritas di Polandia.