REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Badan Sepak Bola Eropa UEFA dikabarkan akan menolak permohonan AC Milan untuk sebuah kesepakatan sukarela mengenai peraturan Financial Fair Play (FFP). Kabar ini diberitakan media massa di Italia, Kamis (7/12).
Dengan kerugian sekitar 255 juta euro selama tiga musim terakhir, salah satu klub besar Milan ini mencoba mencari jalan keluar dengan mengajukan kesepakatan penyelesaian sukarela kepada UEFA. Kesepakatan penyelesaian adalah denda finansial serta pembatasan skuat dan gaji yang dikenakan pada klub yang gagal mematuhi peraturan UEFA.
Penalti terkait peraturan tersebut yang terberat sejauh ini pernah dialami oleh Paris Saint-Germain dan Manchester City pada musim 2013/14 saat keduanya didenda 60 juta euro (40 juta di antaranya kemudian dikembalikan) dan berkurangnya pemain mereka yang berkompetisi di laga UEFA, dari 25 pemain menjadi 21 pemain.
Meskipun mendapat investasi 200 juta euro dari pemilik Cina, Li Yonghong, Milan mengalami kegagalan setelah permulaan yang kuat dengan memenangkan empat dari lima pertandingan pertama mereka. Setelah itu hanya mencatat dua kemenangan dari 10 pertandingan.
Berbeda dengan lawan sekota AC Milan, Inter yang juga pernah mengajukan kesepakatan sukarela kepada UEFA pada tahun 2015 merupakan salah satu klub yang berhasil memenuhi kewajiban kesepakatan.
Saat Inter diambil alih oleh Erick Thohir pada akhir 2013, pengusaha asal Indonesia itu mengajukan rencana bisnis lima tahun yang solid. Salah satunya merencanakan perolehan revenue baru yang akan memberikan keuntungan dengan memanfaatkan peluang besar untuk mengembangkan brand Nerazzurri di pasar global.
Dengan hadirnya Suning pada 2016 sebagai pemilik mayoritas, peluang tersebut semakin terbuka karena pengaruh penting Suning di Cina dan sebagian besar Asia.