Sabtu 09 Dec 2017 12:22 WIB

Panglima Hadi: Prajurit TNI Harus Cerdas Tangani Konflik

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Bilal Ramadhan
Marsekal Hadi Tjahjanto
Foto: Antara/Widodo S Jusuf
Marsekal Hadi Tjahjanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyebutkan, ada beberapa potensi ancaman yang perlu dicermati ke depan oleh para prajurit TNI. Karena itu, prajurit TNI harus secara cerdas menerjemahkan setiap bentuk konflik yang sulit diprediksi.

"Membaca potensi ancaman, TNI secara cerdas harus dapat menerjemahkan setiap bentuk konflik yang sulit diprediksi. Di mana diameter konflik tidak lagi hanya simetris, melainkan bersifat asimetris, proxy, dan hibrida," ujar Hadi dalam pemberian amanat pada Upacara Serah Terima Jabatan Panglima TNI di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Sabtu (9/12).

Pria lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1986 itu menuturkan, setidaknya ada beberapa potensi ancaman yang perlu dicermati ke depan. Ancaman-ancaman itu antara lain dampak tatanan dunia baru, terorisme, perang siber, kemajuan Cina, Cina charm offensive, dan kerawanan keamanan di laut perbatasan.

"Tentu juga kesehatan lain yang dianggap merugikan Indonesia seperti ilegal fishing, penyelundupan barang, manusia, senjata dan narkoba yang mengancam keutuhan, kedaulatan NKRI yang kita cintai bersama," jelas dia.

Memasuki tahun politik, ungkap Hadi, pesta demokrasi tersebut memberikan warna yang beragam, yang bernuansa akan terjadinya konflik. Karena itu TNI harus memegang teguh netralitasnya dari tingkat paling atas sampai satuan paling bawah.

TNI, lanjut dia, berkomitmen untuk memberikan perbantuan kepada pemerintah daerah dan Polri dalam pengamanan Pilkada serentak pada tahun 2018 dan pemilu tahun 2019. Maka dari itu, dalam menjalankan komitmen tersebut, TNI harus senantiasa mengutamakan asas hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hadi juga menjelaskan, TNI harus bertekad membangun tentara yang profesional, disiplin, dan militan. Harus menjadikan TNI hebat dalam segala medan tugas. Begitu juga harus dengan kerendahan hati. Menurut dia, hal itu merupakan cita-cita yang harus diraih dengan kerja keras.

"Dengan rendah hati, akan menghasilkan kemanunggalan yang kuat. Sinergitas dari keempatnya itu akan menunjukkan yang tangguh dan percaya diri. Kesungguhan ini bukanlah retorika, tetapi sebuah cita-cita harus kita raih dengan kerja keras dan kita harus yakin cita-cita itu bisa kita capai," jelas dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement