REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pada abad pertengahan, belum ada alat untuk mendiagnosis penyakit. Berkat observasi dan kemahiran klinis mumpuni, para ahli dari Arab mampu mendiagnosis berbagai penyakit telinga, hidung, dan tenggorokan yang dikenal hari ini.
Pada awal abad kesembilan, dokumentasi lengkap tentang diagnosis dan penanganan penyakit sudah banyak tersedia dalam berbagai buku. Buku-buku ini kemudian jadi rujukan dunia kesehatan pada abad-abad kemudian.
Rhazeh (850-923 M) menulis buku kedokteran tentang penyakit dan gangguan pada gigi, telinga, hidung, dan tenggorokan. Ia bahkan pernah menggunakan sinar matahari atau bantuan pantulan cahaya cermin untuk memeriksa telinga, hidung, dan tenggorokan pasiennya. Rhazeh juga mendeskripsikan pembengkakan telinga luar dan tengah serta menguraikan komplikasinya. Pun penyakit pada hidung, mulut, faring, dan laring.
Rhazeh merupakan orang pertama yang mendeskripsikan rhinorrhea musiman dan menjelaskan penyebabnya. Rhinorrhea adalah suatu kondisi di mana rongga hidung dipenuhi dengan sejumlah besar cairan lendir.
Ia juga memiliki studi tentang demam. Rhazeh juga jadi orang pertama yang membedakan campak dengan cacar serta mengoreksi kesalahan yang menyebut kedua sakit itu merupakan hal yang sama. Dialah pula dokter pertama yang mengidentifikasi alkohol dan memanfaatkannya untuk antiseptik.
Dalam dunia bedah, Rhazeh punya temuan baru. Ia tercatat sebagai dokter pertama yang menggunakan anastesi inhalasi umum dalam bentuk spons anastesi. Spons tersebut direndam dalam larutan opium, henbane, dudaim, dan azalea Alpina. Sebelum dibedah, pasien menghirup spons hasil rendaman tadi.
Penemuan Rhazeh yang paling menarik adalah penggunaan tali yang diikat membentuk simpul untuk menghilangkan pembengkakan nasal dan nasofaringeal. Tali yang digunakannya diikat sehingga membentuk beberapa simpul mati. Tali ini lalu dilewatkan melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut. Metode ini sama seperti cara kerja gigli saw.
Pengobatan gangguan THT merupakan kontribusi besar dunia Islam bagi peradaban manusia hingga saat ini. Penemuan-penemuan mereka tak bisa dipungkiri turut membantu kebangkitan Eropa. Bahkan, ahli kedokteran Eropa, De Boer mengatakan, ilmu kedokteran tak akan ada sampai dibuat Hippocrates, mati sampai Galen menghidupkan, terpencar sampai Rhazeh mengumpulkan, dan kurang hingga Ibnu Sina melengkapinya