REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI --- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak umat Islam di berbagai penjuru dunia untuk menyuarakan Islam sebagai agama kedamaian. Hal ini disampaikan Lukman saat menjadi pembicara dalam Konferensi Internasional yang mengangkat tema Perdamaian Dunia dan Islamphobia di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Konferensi internasional ini akan berlangsung selama tiga hari, 11-13 Desember 2017. Dalam forum ini, Lukman menuturkan, tugas ulama dan cendikiawan saat ini semakin berat di tengah konflik antar umat Islam sendiri dan adanya benturan peradaban Islam dan Barat. Apalagi, peristiwa 11 September 2001 di Amerika telah menimbulkan ketegangan dalam hubungan antara Islam dan Barat.
Di tengah situasi seperti ini, kita harus terus menyuarakan secara lantang Islam sebagai agama kedamaian. Islam mengajak umat manusia untuk hidup dengan aman dan damai, ujar Lukman dalam pidatonya yang disampaikan dalam Bahasa Arab di Abu Dhabi, Senin (11/12).
Menurut Lukman, Islam selalu mengajarkan umatnya untuk menebar kedamaian melalui ucapan dan perbuatan, baik kepada yang dikenal maupun yang tidak dikenal. Hal ini lah yang sudah diajarkan Nabi Muhammad SAW. Ketika ditanya, bagaimana cara berislam yang paling utama, Rasulullah menjawab, "Memberi makan orang miskin dan mengucapkan salam kepada yang dikenal dan yang tidak dikenal". (HR. Bukhari no. 6236).
Ketika umat Islam diminta untuk saling menebar salam, itu berarti tidak ada tempat di dalam Islam bagi kekerasan dan kebencian. Tebar kedamaian akan melahirkan cinta dan kasih sayang, sekaligus membuang jauh-jauh rasa kebencian dan permusuhan, ucap Lukman.
Lukman mengatakan bahwa Rasulullah juga pernah berpesan dalam sebuah hadis, Kamu tidak akan masuk surga sampai kamu beriman, dan kamu tidak dinyatakan beriman secara benar sampai kamu bisa saling mencintai. Maukah kamu aku tunjukkan cara yang membuatmu bisa saling mencintai? Tebarkan salam kedamaian di antara kamu. (HR. Muslim no. 54).
Karena itu, menurut Lukman, umat Islam harus memahami Islam sebagai rahmatal lil alamin, dehingga terhindar dari pemahaman ektrem. Kita harus bisa membangun ketahanan dalam tubuh umat Islam agar tidak terjebak pada pemahaman ekstrem yang akan merusak citra Islam dan umat Islam, jelas Lukman .